Senin, 25 April 2016

Sebuah patah hati (yang lain)

Hari ini memberikan bukti yang sangat jelas bagi saya bahwa Tuhan adalah Yang Maha Segala-galanya. termasuk dalam hal membolak-balikan perasaan seseorang.

Kemarin sehari penuh saya habiskan dengan perasaan bahagia. Pukul delapan pagi, bahagia itu masih ada. Saya masih bisa tertawa bersama teman-teman sejurusan. Lima sore, bercanda dan menghabiskan waktu luang dengan sahabat saya keliling kota Padang. Malamnya, bahagia itu masih terasa. Meskipun entah mengapa hati kecil saya menyuruh saya untuk pulang.

Dan memang dua hari terakhir, saya selalu ingin pulang. Tapi malam itu saya melawan hati saya untuk tetap tinggal. Akhirnya saya menyalakan laptop untuk mengalihkan perhatian. Saya mencoba menulis. Melanjutkan tulisan saya yang sempat beberapa waktu terhenti.

Saya terus menulis hingga akhirnya saya sampai pada bab di mana saya menyesal pernah menuliskannya. Sungguh! Kira-kira satu jam yang lalu, pukul sepuluh menjelang larut malam saya ditelepon oleh Ayah saya. Tidak seperti biasanya, suara ayah terdengar bergetar dan seperti menahan sesuatu. Dia bilang agar saya segera bersiap-siap kalau sewaktu-waktu saya akan disuruh pulang, kembali ke Aceh.

 Saya bertanya kenapa saya harus pulang? Ayah tidak mau menjawab. Saya terus bertanya. Dan akhirnya beliau mengatakan sesuatu yang tidak pernah ingin saya dengar. Sesuatu yang sama persis dengan apa yang saya tulis sore tadi. Ibu saya telah dua hari koma, dan berada dalam kondisi paling kritis.

Tidak tersisa sedikit pun bahagia yang tercipta tadi pagi. Dan saya menyesal. Benar-benar menyesal. Dibarengi dengan rasa takut. akan segala hal. segala hal yang(bodohnya)  baru saya sadari, saya benar-benar takut jika sampai kehilangan hal-hal tersebut. yang pada akhirnya hanya berujung pada rasa bersalah yang amat mendalam.

Karena saya tidak tahu harus melakukan apa untuk membunuh kesedihan mendalam ini. Yang jelas malam ini saya tahu bahwa Tuhan Maha membolak-balikan -suasana- hati seseorang.