judul postingan kali ini agak aneh kan yaa?
iyaa... aku tau.
itu adalah perpaduan dua bahasa dari dua negara yang berbeda. yang satu adalah bahasa dari pelosok di negeri timur, dan satu lagi adalah bahasanya negara di belahan barat... wah, beribet banget. simple aja deh.
itu campuran bahasa Inggris ama Korea. ngerti kan? Saranghaeyo itu kalau diartiin ke bahasa aceh itu kira-kira artinya "I Love You" gitu... #plak.
semua ini berawal dari kisah di beberapa hari yang lalu.
sore itu.... angin berhembus dengan malas-malasan..
bikin kami yang ngerasainnya jadi tambah malas... -__-
kala itu lagi berlangsungnya les sore di sekolah..
aku, avi, dan temen-temen lain lagi pada ngobrol nggak jelas.
jadi ceritanya gini nih, kami sedang membicarakan masa depan cerita kami yang berjudul "Prince Charming" kalo nggak salah.
FYI, Prince Chariming itu adalah sebuah teenlit yang kami tulis saat kami masih jadul-jadulnya atau newbie gitu dalam hal nulis teenlit. jadi, yah... gitu deh.
nah, selain bahas masalah itu, mereka juga maksa aku buat lanjutin "Girls Don't Know" nah... yang ini mah teenlitnya akuu...
maincast di teenlitnya itu, anak D2SMAC (grup kami) sama member BigBang.
Girls Don't Know itu cerita yang..... sumpah keren! #plak.
kocak, tapi romantis....
swear! yang nggak baca rugii...! -_-
tapi kekurangan cerita ini adalah..
sambungan per-part nya leleeeett nauzubillah.
wkwkwk..xD
entah siapa yang rela nungguin cerita ini sampe ubanan. hahah. anehnya, temen-temen aku yang rada gimana ini masih setia maksa penulis cerita yang pemalas dan moodian ini buat lanjutin ceritanya.
yah... nggak tega melihat mereka yang udah karatan nunggu,
di sore hari yang penuh atmosfer kemalasan itu, akhirnya aku berusaha lanjutin cerita itu walaupun terseok-seok. #halah.
eh, ternyata aku nggak mood. malah jadi mentok. hehee...
akhirnya nggak tau gimana, aku udah ngelatur jadi bikin cerita entah apaan.
ini nih cerita yang aku bikin pas itu...
Tiga hari. hanya selama itu Re sanggup menahan belenggu rasa aneh yang akhir-akhir ini sering membayanginya itu. yah, Re akui susah untuk mengakuinya. mengaku kalau rasa itu ternyata berhasil menyergapnya. padahal menurut Re gadis itu bukan tipenya. sama sekali berbeda dengan gadis-gadis yang pernah disukainya sebelum ini.
gadis itu (menurut Re) polos. malah mungkin sudah kelewat polos. bagaimana mungkin seorang Revanza Pratama yang merupakan most wanted boy di JHSnya itu bisa jatuh pada gadis yang 180 derajat berbeda dengannya? tapi itulah yang terjadi.
dan karena itu juga, hari ini kontak bernama 'Tara' itu bisa ada di ponselnya. seminggu yang lalu, ia terdiam melihat nomor Tara yang tersimpan di ponsel Soni. entah setan apa yang bisa membuatnya menyimpan nomor Tara di ponselnya.
oke ini gila! sadarlah Re!! kamu tidak mungkin bisa seperti ini. bayangkan, kamu biasa berkeliaran di sekitar lapangan basket atau ruang musik sedangkan Tara lebih senang tenggelam dalam buku sastra klasik atau semua buku tebalnya. kalian bagaikan langit dan bumiii! batin Re berteriak antara histeris dan putus asa.
pada akhirnya, Re tersenyum tipis. menyadari kalau ini semua memang takdirnya. siapa yang bisa mengontrol hatinya sendiri? perlahan, ia menyudahi acara 'melempar bola basket secara serampangan' yang telah dilakukannya berjam-jam yang lalu.
ia membenamkan wajahnya ke dalam handuk kecil. mengusap peluh di wajah dan sekitar lehernya. ia merebahkan diri ke hamparan rumput di tepi lapangan basket. menatap langit biru tak berbatas di atasnya.
sampai seseorang mengahalangi pandangannya. menutupi langit dan menjadi objek baru yang ditangkap matanya. gadis itu. Tara. berdiri di depannya dan menatapnya dengan kedua mata yang sanggup melambungkan Re saat itu juga. Tara menyodorkan sebotol air mineral ke arah Re yang terhenyak dan tentu saja lansung bangun dari posisi semulanya. ia menatap gadis itu seolah-olah sedang bermimpi.
"Ta..Tara? kamu.. sedang apa kamu? maksudku..."
"Aku baru saja kembali dari perpustakaan tadi. kulihat kamu dari saat aku pergi dan keluar lagi dari perpus, masih saja asyik dengan bola basketmu. kurasa kamu pasti lelah dan haus, jadi aku ke kantin untuk membeli ini." jelas Tara sambil menyerahkan botol air mineral itu pada Re. Re terdiam dan menerima botol itu dengan ragu. Tuhann... mimpikah ia?
Nah, sudah seminggu berlalu sejak insiden bola basket itu. dan Re rasa ia makin sulit untuk menahan perasaan yang disimpannya pada Tara. Hanya untuk Tara.
ia sering mengirim pesan singkat pada Tara, tapi tidak ada sedikitpun yang menyinggung masalah perasaannya. ia merasa terlalu pengecut untuk mengungkapkannya. Tapi...
drt..drt...
Tara mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah dibacanya. sms dari Re! Tara tersenyum kecil. entah sejak kapan, ia selalu merasa senang jika Re tersenyum, menatap, dan berbicara padanya. lekas, ia membaca isi sms yang dikirim Re itu. sejenak, ia mengerutkan kening heran.
from: Revanza
Tara... kamu bisa bahasa Korea?
To: Revanza
Bisa sedikit... kenapa memang?
from: Revanza
ini nih... ada yang pengen aku tanyain.
ng... kamu tau arti Saranghaeyo nggak?
kening Tara tambah berkerut membaca balasan sms Re tersebut. kenapa temannya bisa sampai menanyakan pertanyaan aneh begitu? tapi lekas dibalasnya sms Re itu.
to: Revanza
aku cinta kamu. kenapa?
from: Revanza
aku juga. :)
Tara tercengang. jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa detik. ia rasa, detik selanjutnya, hidupnya tidak akan sama lagi.
hahahahahah........... waktu baca cerita ini sekali lagi, kok aku jadi pengen ngakak salto ya? aneh banget rasanya...
tapi udah terlanjur ditulis. ya udah.... semoga enak buat dibaca aja deh.
dan.... doakan semoga karya selanjutnya bisa lebih bagus lagi... ^^
Selasa, 22 November 2011
Minggu, 20 November 2011
Menjemput Gerimis
ini puisi yang kemarin itu dibuat dadakan.
pas lagi jam PD dan bu Darliana tiba-tiba masuk ke kelas, suruh bikin puisi.
ya udah. dengan pasrah kumpulin aja puisi dadakan ini. nggak tau bagus apa enggak.
however, check it out!
Sunyi...
Membanyangi tiap jejak yang kurangkai.
Kelabu, memayungi langitku hari ini.
Hembusan perih angin,
Gemerisik tak sabar dedaunan,
Arak-arak tergesa awan,
Lengkap sudah.
Seisi dunia menunggu hadirnya ia.
Dingin menyelimuti semesta.
Membentangkan tangan,
Mengucap kata selamat datang.
Kunikmati suasana itu.
Ikut terdiam, menantinya.
Bungkam, menelisik tiap jengkal langit kelamku.
Ada hening di sana.
Dunia hening menantinya.
Kuulurkan jemari.
Berharap ia akan menyambutnya.
Dan perlahan, ia jatuh
Membentuk ritme yang indah teratur.
Seisi dunia bersuka.
Layaknya menyambut sang pujangga.
Dan kini, aku turut serta menjemputnya.
Menjemput gerimis.
pas lagi jam PD dan bu Darliana tiba-tiba masuk ke kelas, suruh bikin puisi.
ya udah. dengan pasrah kumpulin aja puisi dadakan ini. nggak tau bagus apa enggak.
however, check it out!
Sunyi...
Membanyangi tiap jejak yang kurangkai.
Kelabu, memayungi langitku hari ini.
Hembusan perih angin,
Gemerisik tak sabar dedaunan,
Arak-arak tergesa awan,
Lengkap sudah.
Seisi dunia menunggu hadirnya ia.
Dingin menyelimuti semesta.
Membentangkan tangan,
Mengucap kata selamat datang.
Kunikmati suasana itu.
Ikut terdiam, menantinya.
Bungkam, menelisik tiap jengkal langit kelamku.
Ada hening di sana.
Dunia hening menantinya.
Kuulurkan jemari.
Berharap ia akan menyambutnya.
Dan perlahan, ia jatuh
Membentuk ritme yang indah teratur.
Seisi dunia bersuka.
Layaknya menyambut sang pujangga.
Dan kini, aku turut serta menjemputnya.
Menjemput gerimis.
Selasa, 08 November 2011
HAPPY ID. ADHA!!!
assalamualaikumm....
buat semua saudara muslim di seluruh dunia, Selamat Hari Raya Idhul Adha yaaaa...!
maafin aku kalau ada salah... ^^
gimana lebaran kali ini? menyenangkan kah?
aku sih agak kecewa... kayaknya nggak berasa lebaran gitu..
hambar bangeeet... :(
kayak lagi liburan biasa aja gitu... x(
yang paling berasa lebaran palingan tanggal 7 kemarin...
aku ada acara kurban di sekolah..
nah, ini nih yang seru.. ketemu sama semua temen-temen satu SMP gitu..
bercanda, ketawa, salam-salaman bareng, minta maaf sama guru-guru.. :D
seperti yang udah direncanain sebelumnya, semua yang bisa bawa motor pada bawa motor ke sekolah.
pas hari H, sebagian besar murid kelasku datang ke sekolah.
ada sekitar tujuh motor yang dibawa. kami udah berencana mau silaturahim ke rumah wali kelas pulang acara kurban.
ups, kami tidak sempat menduga sebelumnya. ternyata wali kelas kami panitia kurban di sekolah dan nggak bisa pulang dulu sampai habis zuhur... :O
ini nih salah satu yang bikin sebelnya... kami musti nungguin wali kelas dulu tiga jam sampai waktu zuhur tiba.. bengong di sekolah aja gitu.. ckckckc
waktu zuhur udah dataaang... kami lari-lari ke mushala sekolah buat shalat zuhur dulu. dan, tanpa sepengetahuan kami, semua murid cowok udah kabur duluan ke rumah Ferozz!! wrawr.
"Mampus awak nunggu tiga jam di sekolah. kami mau main ps dulu ya ke rumah Feroz ya.. bubay... ^O^"
nah lho... ternyata bukan cuma yang cowo aja. anak ceweknya juga sama.. beberapa pada kabur ke Hermes Mall. mau windows shopping kali. nggak tau dan nggak peduli mereka ngapain ke hermes.
yang pasti di sekolah cuma tinggal aku, dina, cut, febby, Tria yang melongo pasang muka sangak mode:on, nggak tau mau ngapain.
pasalnya, aku udah janji sama ibu Suryati (wali kelas) kalau kami bakal datang ngunjung bareng-bareng.
akhirnya terpaksa, karena yang lainnya pada nggak tau kemana, kami berlima berangkat duluan ke rumah bu Suryati.
ternyata di kejauhan, ada Raqiban yang datang. ternyata dia ditinggalin sama anak cowok lain dan terpaksa ngikutin kami ke rumah bu Sur deh.. ;p
sampai di rumah bu Sur... kami dihidangin kue-kue dan es buah... qiban udah berasa di rumah sendiri aja tuh.. gaya dia slengean bangeet! pas bu Suryati pamit bentar ke belakang, kakinya di selonjorin di sofa. xD
ternyata anak-anak yang lain pada nyusul juga ke rumah bu Suryati, walaupun itu udah sejam kemudian. mereka markirin motor di garasi rumah bu Suryati dan bikin garasi rumah Ibu sesak dengan motor mereka.
sayangnya, karena kami udah lumayan lama di rumah bu Sur, kami nggak masuk lagi temenin mereka yang pada baru daang buat ngobrol.
kami.... PHOTO-PHOTO di halaman rumah bu Suryati yang lumayan asri dan luas itu... yahh, kapanpun dan dimanapun, rutinitas yang satu ini mah nggak akan bisa ditinggalin... xD
ini hasil photo kami... cekidoot!! ^O^
(Tria, Aku, Febby, Dina, Cut)
(Akuuu.. ^^)
(Febby, Cut, Tria, Aku, Dina)
(Febby, Cut, dan Raqiban plus muka sangaknya xD)
(Aku, Febby, Dina, Acut)
nah.... itu sebagian dari semua hasil foto yang kami dapatkan hari itu... bagaimana? hm... sepertinya ini terakhir kalinya kami bisa foto bareng pas momen maulid kayak gini lagi. nggak lama lagi kami bakal SMA dan pisah. tapi kenangan tentang maulid tahun ini bakal tetap tersimpan. :)
buat semua saudara muslim di seluruh dunia, Selamat Hari Raya Idhul Adha yaaaa...!
maafin aku kalau ada salah... ^^
gimana lebaran kali ini? menyenangkan kah?
aku sih agak kecewa... kayaknya nggak berasa lebaran gitu..
hambar bangeeet... :(
kayak lagi liburan biasa aja gitu... x(
yang paling berasa lebaran palingan tanggal 7 kemarin...
aku ada acara kurban di sekolah..
nah, ini nih yang seru.. ketemu sama semua temen-temen satu SMP gitu..
bercanda, ketawa, salam-salaman bareng, minta maaf sama guru-guru.. :D
seperti yang udah direncanain sebelumnya, semua yang bisa bawa motor pada bawa motor ke sekolah.
pas hari H, sebagian besar murid kelasku datang ke sekolah.
ada sekitar tujuh motor yang dibawa. kami udah berencana mau silaturahim ke rumah wali kelas pulang acara kurban.
ups, kami tidak sempat menduga sebelumnya. ternyata wali kelas kami panitia kurban di sekolah dan nggak bisa pulang dulu sampai habis zuhur... :O
ini nih salah satu yang bikin sebelnya... kami musti nungguin wali kelas dulu tiga jam sampai waktu zuhur tiba.. bengong di sekolah aja gitu.. ckckckc
waktu zuhur udah dataaang... kami lari-lari ke mushala sekolah buat shalat zuhur dulu. dan, tanpa sepengetahuan kami, semua murid cowok udah kabur duluan ke rumah Ferozz!! wrawr.
"Mampus awak nunggu tiga jam di sekolah. kami mau main ps dulu ya ke rumah Feroz ya.. bubay... ^O^"
nah lho... ternyata bukan cuma yang cowo aja. anak ceweknya juga sama.. beberapa pada kabur ke Hermes Mall. mau windows shopping kali. nggak tau dan nggak peduli mereka ngapain ke hermes.
yang pasti di sekolah cuma tinggal aku, dina, cut, febby, Tria yang melongo pasang muka sangak mode:on, nggak tau mau ngapain.
pasalnya, aku udah janji sama ibu Suryati (wali kelas) kalau kami bakal datang ngunjung bareng-bareng.
akhirnya terpaksa, karena yang lainnya pada nggak tau kemana, kami berlima berangkat duluan ke rumah bu Suryati.
ternyata di kejauhan, ada Raqiban yang datang. ternyata dia ditinggalin sama anak cowok lain dan terpaksa ngikutin kami ke rumah bu Sur deh.. ;p
sampai di rumah bu Sur... kami dihidangin kue-kue dan es buah... qiban udah berasa di rumah sendiri aja tuh.. gaya dia slengean bangeet! pas bu Suryati pamit bentar ke belakang, kakinya di selonjorin di sofa. xD
ternyata anak-anak yang lain pada nyusul juga ke rumah bu Suryati, walaupun itu udah sejam kemudian. mereka markirin motor di garasi rumah bu Suryati dan bikin garasi rumah Ibu sesak dengan motor mereka.
sayangnya, karena kami udah lumayan lama di rumah bu Sur, kami nggak masuk lagi temenin mereka yang pada baru daang buat ngobrol.
kami.... PHOTO-PHOTO di halaman rumah bu Suryati yang lumayan asri dan luas itu... yahh, kapanpun dan dimanapun, rutinitas yang satu ini mah nggak akan bisa ditinggalin... xD
ini hasil photo kami... cekidoot!! ^O^
(Tria, Aku, Febby, Dina, Cut)
(Akuuu.. ^^)
(Febby, Cut, Tria, Aku, Dina)
(Febby, Cut, dan Raqiban plus muka sangaknya xD)
(Aku, Febby, Dina, Acut)
nah.... itu sebagian dari semua hasil foto yang kami dapatkan hari itu... bagaimana? hm... sepertinya ini terakhir kalinya kami bisa foto bareng pas momen maulid kayak gini lagi. nggak lama lagi kami bakal SMA dan pisah. tapi kenangan tentang maulid tahun ini bakal tetap tersimpan. :)
Senin, 10 Oktober 2011
AwkWard
Assalamualaikum. salam sejahtera cuma buat yang nyempetin diri untuk baca blog saya, yang lain enggak. #sadis
haaaaaaaahhhh... saya kelas tiga..saya kelas tigaa~ #setres.
taulah.... gimana kelas tiga itu... complicated bangeeettt...
1. seneng karena udah jadi senior. anak yang paling berkuasa di lingkungan gedung sekolah tua tercinta yang berbahagia itu.. (-__-")
2. sebel karena sekarang udah sibuuuk bangeet #berasaartis. persiapan UN, les dari sekolah, bimbel sana sini, soal segunung, PR selaut, materi selangit... lengkaplah derita kami. #backsound=> Jisun-What Should I Do
3. sedih karena bentar lagi pisah sama temen-temen. selama tiga tahun ini, kami udah rekat banget persahabatannya. suka duka bersama. hidup mati juga sama-sama (gue mati lo mati, gue hidup lo mati aja kali ya ._. V) temen-temen terbaik yang pernah saya miliki. Thanks Friends! yongwonhi saranghae...!!
nah nah... nyesek banget kan?
karena kelas 3 juga lah.. saya... saya... SAYA JARANG UPDATE BLOG INIII!!
jadi... pas banget, saya lagi ada waktu buat ngupdate postingan blog ini...
saya akan coba post sesuatu..
tapi nggak janji... liat kondisi modem dulu, lemot apa kagak.. :p
let's start!! ^O^
haaaaaaaahhhh... saya kelas tiga..saya kelas tigaa~ #setres.
taulah.... gimana kelas tiga itu... complicated bangeeettt...
1. seneng karena udah jadi senior. anak yang paling berkuasa di lingkungan gedung sekolah tua tercinta yang berbahagia itu.. (-__-")
2. sebel karena sekarang udah sibuuuk bangeet #berasaartis. persiapan UN, les dari sekolah, bimbel sana sini, soal segunung, PR selaut, materi selangit... lengkaplah derita kami. #backsound=> Jisun-What Should I Do
3. sedih karena bentar lagi pisah sama temen-temen. selama tiga tahun ini, kami udah rekat banget persahabatannya. suka duka bersama. hidup mati juga sama-sama (gue mati lo mati, gue hidup lo mati aja kali ya ._. V) temen-temen terbaik yang pernah saya miliki. Thanks Friends! yongwonhi saranghae...!!
nah nah... nyesek banget kan?
karena kelas 3 juga lah.. saya... saya... SAYA JARANG UPDATE BLOG INIII!!
jadi... pas banget, saya lagi ada waktu buat ngupdate postingan blog ini...
saya akan coba post sesuatu..
tapi nggak janji... liat kondisi modem dulu, lemot apa kagak.. :p
let's start!! ^O^
Senin, 01 Agustus 2011
Member IX/2 = Aliens
haaaiiiii...
assalamualaikum...
kembali lagi dengan sayaa... pacarnya Sung Jong Infiniteee!!! #plakk abaikan.
adakah yang mau mendengar cuap saya kali iniii??
kalau nggak ada ya udah..
saya ngomong sama tembok ajaa..#ngambeknihye
Baiklah, saya mulaii..
come back again with the same theme that we had talk before.. #cieee~
kelas saya tercintoo,, my home sweet home... IX/2!! prok prok prokk!!
sebelumnya, saya mau mengucapkan "Happy Ramadhan" buat semua saudara seiman di seluruh duniaa...! semoga ramadhan kali ini lebih baik dari yang sebelumnya.. :D
backt to the topic. yang mau saya gosipin sekarang adalaahh... grup baru kami di FB!
"Welcome to IX/2's Galaxy"... yeay! kami punya galaksi pribadi...!! sertifikaat?? udah ada kok...
sertifikat halal MUI! #gubrak
yaah... masalah sertifikat itu bukan urusan kami... yang penting hepi... ;)
naah, karena grup itulah.... akhirnya semua meber 9.2 itu dipanggil "aliens"
mengerti kann?? secara kami beda galaksi ya... jadi kami itu bisa disebut aliens gitu..
waah... galaksi kami galaksi apa memaang?? kami menyebut galaksi kami sebagai galaksi "IX/2" hehehe...
coba aja deh, sesekali masuk ke galaksi kami... banyak yang beda lho... termasuk atmosfernyaa..
atmosfer di galaksi kami itu, harum berbunga-bunga penuh warna ceria...#apadeh.
karena itu juga, di galaksi kami saya dipanggil sebagai Alien's president. secara saya kepala galaksi kami... hahaha
oh ya, masalah kelas... saya berencana mengisahkan tentang perjalan hidup kelas kami di dalam sebuah novel... baru dirancang dan dirangkai sedikit sih...
judulnya "Never Ending Story"
kenapa milih judul itu?? soalnya, kisah kelas kami itu nggak bakal bisa berakhir.. terus mengalir... walaupun semua member kelas kami udah terpisah ruang sama waktu..
tiga tahun bukan waktu yang singkat buat kami untuk saling mengenal satu sama lain..
di tiga tahun itu, entah bagaimana, tapi akhirnya ada sebuah ikatan diantara kami semua yang lebih erat dari sebuah keluarga. pada akhirnya,sangat susah buat dilepas.
karena itulah, apapun yang terjadi, kisah kami tidak akan berakhir. kecuali bila mungkin, suatu saat ikatan diantara kami itu akhirnya putus. tapi insyaAllah nggak bakal.
di novel itu saya bakal mengisahkan gimana suka duka menjadi murid RSBI, yang selalu dipaksakan untuk menjadi contoh bagi murid lain..
gimana guru-guru banyak banget yang bilang kalau, "kelas kalian itu nggak pantas banget jadi kelas RSBI" atau juga "pandai tapi nggak punya etika? sama aja bohong!"
bagaimana muaknya kami dibanding-bandingkan dengan kelas lain.. yang muridnya kelewat "sopan-sopan" dan "kalem-kalem" dan lagi "terlalu dewasa"
rasa sebal kami yang terkadang berujung pada guru guru yang pada dasarnya jarang bisa mengerti kami.. anak-anak "hiperaktif" yang baik hati ini.. :')
bagaimana serunya hari-hari sekolah sampai habis ashar... belajar di luar, lari-larian.. nyanyi-nyanyi sambil ngerjain soal dari guru..
menyoraki teman-teman yang berhasil menang lomba dan menyerahkan piala saat upacara ke depan... dengan bangga berteriak "sembilan duaaa!! east or west we are the best!!"
saat akan lanjut les, sehabis zuhur berebut burger atau bakso ke kantin idola... habis makan siang main-main di bawah rindang pohon di depan kelas... kadang-kadang murid cewek kelas kami dengan sok-nya nantangin murid cowok main bola dan pada akhirnya kami kalah juga.. ;D
aaahhhhhh.......... banyak banget yang bakal kutumpahakan di novel itu...
dan rasanya sepertinya akan beraaaatt banget saat nulis ending ceritanya. karena, ya itu... cerita kami kan tidak akan pernah berakhir. walau dalam novel sekalipun!
oke, doakan saya agar punya semangat membara untuk sanggup menyelesaikan novel itu dalam tenggat waktu kelas tiga ini... kalau tidak, ceritanya akan basi nantinya.. ;) ah.. nggak juga sih...
waah... saya akan berusaha keras. HWAITIIING!!
assalamualaikum...
kembali lagi dengan sayaa... pacarnya Sung Jong Infiniteee!!! #plakk abaikan.
adakah yang mau mendengar cuap saya kali iniii??
kalau nggak ada ya udah..
saya ngomong sama tembok ajaa..#ngambeknihye
Baiklah, saya mulaii..
come back again with the same theme that we had talk before.. #cieee~
kelas saya tercintoo,, my home sweet home... IX/2!! prok prok prokk!!
sebelumnya, saya mau mengucapkan "Happy Ramadhan" buat semua saudara seiman di seluruh duniaa...! semoga ramadhan kali ini lebih baik dari yang sebelumnya.. :D
backt to the topic. yang mau saya gosipin sekarang adalaahh... grup baru kami di FB!
"Welcome to IX/2's Galaxy"... yeay! kami punya galaksi pribadi...!! sertifikaat?? udah ada kok...
sertifikat halal MUI! #gubrak
yaah... masalah sertifikat itu bukan urusan kami... yang penting hepi... ;)
naah, karena grup itulah.... akhirnya semua meber 9.2 itu dipanggil "aliens"
mengerti kann?? secara kami beda galaksi ya... jadi kami itu bisa disebut aliens gitu..
waah... galaksi kami galaksi apa memaang?? kami menyebut galaksi kami sebagai galaksi "IX/2" hehehe...
coba aja deh, sesekali masuk ke galaksi kami... banyak yang beda lho... termasuk atmosfernyaa..
atmosfer di galaksi kami itu, harum berbunga-bunga penuh warna ceria...#apadeh.
karena itu juga, di galaksi kami saya dipanggil sebagai Alien's president. secara saya kepala galaksi kami... hahaha
oh ya, masalah kelas... saya berencana mengisahkan tentang perjalan hidup kelas kami di dalam sebuah novel... baru dirancang dan dirangkai sedikit sih...
judulnya "Never Ending Story"
kenapa milih judul itu?? soalnya, kisah kelas kami itu nggak bakal bisa berakhir.. terus mengalir... walaupun semua member kelas kami udah terpisah ruang sama waktu..
tiga tahun bukan waktu yang singkat buat kami untuk saling mengenal satu sama lain..
di tiga tahun itu, entah bagaimana, tapi akhirnya ada sebuah ikatan diantara kami semua yang lebih erat dari sebuah keluarga. pada akhirnya,sangat susah buat dilepas.
karena itulah, apapun yang terjadi, kisah kami tidak akan berakhir. kecuali bila mungkin, suatu saat ikatan diantara kami itu akhirnya putus. tapi insyaAllah nggak bakal.
di novel itu saya bakal mengisahkan gimana suka duka menjadi murid RSBI, yang selalu dipaksakan untuk menjadi contoh bagi murid lain..
gimana guru-guru banyak banget yang bilang kalau, "kelas kalian itu nggak pantas banget jadi kelas RSBI" atau juga "pandai tapi nggak punya etika? sama aja bohong!"
bagaimana muaknya kami dibanding-bandingkan dengan kelas lain.. yang muridnya kelewat "sopan-sopan" dan "kalem-kalem" dan lagi "terlalu dewasa"
rasa sebal kami yang terkadang berujung pada guru guru yang pada dasarnya jarang bisa mengerti kami.. anak-anak "hiperaktif" yang baik hati ini.. :')
bagaimana serunya hari-hari sekolah sampai habis ashar... belajar di luar, lari-larian.. nyanyi-nyanyi sambil ngerjain soal dari guru..
menyoraki teman-teman yang berhasil menang lomba dan menyerahkan piala saat upacara ke depan... dengan bangga berteriak "sembilan duaaa!! east or west we are the best!!"
saat akan lanjut les, sehabis zuhur berebut burger atau bakso ke kantin idola... habis makan siang main-main di bawah rindang pohon di depan kelas... kadang-kadang murid cewek kelas kami dengan sok-nya nantangin murid cowok main bola dan pada akhirnya kami kalah juga.. ;D
aaahhhhhh.......... banyak banget yang bakal kutumpahakan di novel itu...
dan rasanya sepertinya akan beraaaatt banget saat nulis ending ceritanya. karena, ya itu... cerita kami kan tidak akan pernah berakhir. walau dalam novel sekalipun!
oke, doakan saya agar punya semangat membara untuk sanggup menyelesaikan novel itu dalam tenggat waktu kelas tiga ini... kalau tidak, ceritanya akan basi nantinya.. ;) ah.. nggak juga sih...
waah... saya akan berusaha keras. HWAITIIING!!
Jumat, 22 Juli 2011
A Twist In My Story
“Val, udah beres? Hari ini Kakak yang akan mengantarmu ke
sekolah. Tenang... aku juga akan menjemputmu nanti..” tukas seorang pria dari
balik pintu kamarku. Kak Ethan. Orang yang telah menjadi kakak lelakiku dan
menganggapku adik selama enam belas tahun ini. Tergesa kututup kembali laci
meja itu.
“Ya... makasih kak..”
sahutku datar tanpa senyum. Ethan mengerutkan kening. Tuhan... jangan. Jangan
sampai ia sadar kalau ada sesuatu yang tidak beres padaku. Karena hari ini
memang segala hal bermasalah buatku. Dan aku tidak ingin kalau ia tahu itu. ya...aku
tidak ingin.
# # # # #
“ Val,
telpon aku kalau sekolah sudah usai. Jangan khawatir... hari ini jadwalku tidak
padat kok. Hanya akan ada rapat sampai jam sebelas. “ ujar Ethan sambil
tersenyum.
Aku hanya
balas dengan tersenyum kecil dan mengangguk. Sesaat kemudian, mobil hitam
itupun melaju meninggalkan gedung sekolahku.
Perlahan,
kulangkahkan kaki menuju kelas. Ah... aku rindu kelas. Rindu dengan semua hal,
yang kurasa tidak akan memberikan kepalsuan kepadaku. Aku muak ditipu... benci dengan segala
kebohongan tersebut. Selalu berusaha mencari jalan keluar dari semua kisah tak
berujung ini.
“ Hei....
pagi sistaah..! kenapa wajahmu cemberut sekali hari ini? Apa dandananku kurang
cantikkah?” sapa seseorang ke arahku. Charis.
Sahabat
paling narsis yang pernah kumiliki. Tak peduli seberapa narsis dia, dia
satu-satunya sahabat terbaik bagiku. Setidaknya, aku masih bisa mendapatkan
binar ketulusan dari dua mata beningnya. Tidak tampak kebohongan dari matanya.
“Tidak...
kamu cantik Charis. Sangat cantik.. hanya saja, apa kamu pikir aku bisa
tersenyum hanya karena melihat seorang yang cantik? Kupikir tidak... baiklah,
lupakan. Ohya, kamu mau menemani aku hang out pulang sekolah ini? Tak
masalah... kita akan ajak Ethan ikut serta..” dan kemudian, mengalirlah cerita
menarik dari mulut sepasang sahabat ini.
# # # # #
“Val, apa
kamu tidak ingin ikut ke kantin? Kamu ingin menitip sesuatu padaku? Aku takut
kalau kamu akan kelaparan nantinya.. baiklah... sekotak susu.. hanya itu...?
Ok!” tukas Charis riang. Aku mengangguk ke arahnya. Ah... Charis bagai
pengganti mamaku di kelas ini..
Kuedarkan
pandanganku ke sekeliling kelas. Kelihatan seperti, hampir seluruh anak sudah
beralih tempat ke kantin. Oh.. tidak. Seseorang masih duduk di bangkunya di
pojok kelas. Seorang cowok, duduk dengan memejamkan mata. Dan earphone
terpasang di kedua telinganya.
Dia murid
yang baru masuk ke kelas kami pagi tadi. Cleon Terrence. Murid pindahan dari Saint
Raymond. Kupikir, ia murid yang tampan untuk cowok seusianya. Terbukti sudah
empat teman perempuanku yang berkata begitu. Hanya saja, sifatnya terlalu
pendiam dan menutup diri.
“Em...
Cleon? Apa kamu tidak pergi ke kantin? “ tak ada sahutan darinya. Tampaknya ia
tidak mendengar suaraku jika hanya dengan volume segini. Aku berjalan ke
sisinya, dan mecolek bahunya.
“Cleon, kamu
tidak ke kantin? Tidak takut kelaparan? Setelah ini pelajaran Fisika.
Setidaknya kamu harus mempersiapkan sedikit tenaga untuk bertarung dengan
pelajaran itu. “ ujarku. Dia mengangkat sebelah alis, dan menatap aneh ke
arahku.
“Dan kamu?
kamu kira kamu bisa kenyang hanya dengan berbicara denganku di sini? Apa
alasanmu masih bertahan di kelas? Bukankah sebaiknya kamu saja yang pergi ke
sana? “ balasnya sambil menoleh acuh tak acuh ke arahku. Aku mendelik. Kemudian
mengangkat bahu. Nyerah deh, mencoba melawan anak satu ini. Yah... apa urusanku
juga.
Aku kembali duduk
di bangkuku dan memain-mainkan gantungan kunci kotak pensil milik Charis.
Sekelebat bayangan muncul di otakku. Dan dengan seketika, keringat dingin
mengaliri wajah dan badanku. Oh Tuhan.... tidak.. tidak lagi... cukup dengan
mimpi burukku akhir-akhir ini saja...
# # # # #
Bel pulang
berbunyi. Bergegas kulangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Charis membatalkan
rencana kami pergi jalan-jalan siang ini. Ada acara keluarga yang
menghalanginya untuk ikut denganku.
dalam diam,
kulewati koridor kelas. Dan berjalan di sisi lapangan basket. Seseorang sedang
di sana. Memainkan bola basketnya dengan santainya, tanpa menyadari akan
kehadiranku sedikitpun.
Kulirik ia
sekilas. Kemudian berlalu meninggalkan dia sendiri di situ. Yah... bukan
apa-apa. Aku hanya mengkhawatirkan kakak lelakiku telah menunggu lama di
parkiran. Itupun kalau ia jadi menjemputku seperti janjinya pagi tadi.
Dan.. benar
saja. Kulihat ferarri tersebut telah terparkir di sana. Kuketuk jendela di
samping kemudi. Kakakku sedang berpangku tangan dan menumpukan wajahnya di
setir mobil. Seolah sedang terbebani akan sesuatu. Kuketuk lebih keras kaca
jendela itu. ia tetap tak bergeming.
♪ Nothing’s gonna change my love for you,
you ought
to know by now how much I love you,
one thing you can be sure of,
I’ll never
ask for more than your love... ♪
“Ya hallo...??
hallo? ah... maaf.” Ujar Ethan tersadar, kemudian membuka kunci mobil yang
berada di sebelah kiri kemudi. Aku merengut kemudian segera membuka pintu
tersebut. Duduk tepat di bangku sebelahnya.
“ Ada apa
denganmu kak? Terlalu streskah memikirkan masa depan? tenang saja... banyak kok
wanita yang bersedia menjadi calon kakak iparku... siapa sih, yang tidak mau
dengan kakakku yang cakep ini? “ ledekku iseng. Ethan hanya tergelak kecil.
Dan, kurasa itu karena terpaksa. Yah... kami sama-sama sedang bermasalah hari
ini.
“Hm... sudah
menunggu lama ya Kak? Maaf... tadi aku ada sedikit urusan dengan Fabian...
yah... seperti yang kamu tau kak, tentang beasiswa itu..” jelasku. Ethan hanya
mengangguk dan tersenyum tipis. Ah... benar-benar membuatku ingin tahu atas apa
yang sedang terjadi.
# # # # #
Hening di
rumah. Menyambut permulaan libur musim panas untuk para pelajar. Aku duduk
tercenung di balkon lantai dua rumahku. Meratapi sunyinya gedung yang kupanggil
rumah ini. Andai.. aku punya teman yang bisa kubagi rasa sunyi ini. Setidaknya
kurasa akan sedikit bahagia. Ah..
Tiba-tiba,
seakan ada yang memainkan alunan sebuah nada di ruangan ini. Moonlight
beethoven. Siapa? Siapa yang memainkannya? Kenapa aku merasa sangat mengenali
nada ini? Kurasa, bunda, ayah dan Kak Ethan tidak pernah mengakrabkanku dengan
nada lagu ini. Kenapa aku merasa sangat familiar? Nada itu... seseorang...
Argggh...
kepalaku!! Aku sepertinya ditakdirkan untuk tidak dapat berpikir. Mungkin,
berpikir terlalu mendalam tepatnya. Aku merasa kepalaku ini tidak ada gunanya.
Dia bahkan tidak mau membantuku untuk keluar dari semua masalah ini.
Aku yakin,
ada sesuatu yang terlewat dari ingatanku. Tapi sama sekali tak tahu itu apa. Oh
tuhan... kenapa? Kenapa......? aku merasa jadi orang paling bodoh sedunia.
“Ini.....”
dingin. Seseorang menempelkan sebuah kaleng minuman ke pipiku. Aku tersenyum
lebar. Yah...memang sangat panas cuaca hari ini. Dan agaknya dia mengerti itu.
aku perlahan membuka segel minuman tersebut, dan segera meneguk isinya.
“aduuh...
senyum juga akhirnya...udah lama banget kamu nggak senyum kayak gini lagi...
dan lagi, kak Ethan sepertinya mulai mengikuti jejakmu..? ah.. kenapa kalian
begitu pelit untuk tersenyum? Contohlah senyumku yang selalu diobral murah
ini... hehe.. “ tanyanya kepadaku sambil tersenyum memamerkan deretan giginya.
Aku
tersenyum geli menahan tawa. Ah... dia orang yang selalu sukses membuatku
meraibkan gurat-gurat suram di wajahku. Cukup dengan melihat senyum lucunya
itu.
“ Vladi.....kenapa
kamu itu lucu banget ya? Aku... bahagia bisa kenal orang selucu kamu..” ujarku
riang. Vladi menoleh ke arahku dan senyum nakal.
“Eh... aku
tidak mau disebut lucu... aku ini tampan mbak.. bukan lucu... kamu yang lucu...
mirip badut.. aku mah cakeepp.. hahaha..” gelaknya yang sukses medapat toyoran
dariku. Dia kemudian menghentikan tawanya. dan mulai mencoba mengacak-acak
rambutku. Dan...tertawa lagi.
“Ah... Vled...
kamu menyebalkan! “gurauku kesal.
“Biarin...
yang penting cakep..” aku tersenyum mendengar sahutannya. Yah... tak
kupungkiri... sepupuku yang satu ini memang lumayan cakep sih.. sayangnya, dia
itu sangat sensitive terhadap pujian. Sekali kamu memuji, terbanglah ke langit
dia. haha...
Setelah
mengobrol cukup banyak hal, kami kehabisan bahan pembicaraan. Dan masing-masing
mulai diam. Dan diam ini, membuat beban yang akhir-akhir ini menghantui mulai
merasuki diriku. Seseorang....yang memanggilku di kejauhan. Aku mulai memegangi
kepalaku yang tiba-tiba sakit. Telingaku seakan berdengung-dengung.
“Val... kamu
tidak apa-apa? “ Tanya Vladi khawatir. Aku menggeleng dan menepis perlahan tangannya
yang berusaha menyentuhku. Kemudian mencoba tersenyum ke arahnya. Kualihkan
pandangan ke arah pematang di halaman belakang rumahku.
“Vladi....
bolehkah kamu jujur kepadaku? Sejak kapan kamu mengenalku sebagai sepupumu?”
tanyaku datar. Vladi terhenyak.
“ em...
mengapa kamu bertanya seperti itu? baiklah... mungkin sejak aku pertama kali
mengenal makna dari sepupu itu..” tuturnya perlahan. Aku terdiam. Benarkah?
“Dan...
apakah menurutmu yang membuatku pantas menyandang marga Josephine di akhir namaku??
“ cetusku yang sepertinya tambah membuat Vladi tersudut.
“Aku tidak
mengerti maksudmu. kau membuatku bingung, Valerie Josephine.... “
“Apakah aku
mirip kak Ethan ? Apakah aku mirip Bunda? Ayah? sedangkan Kak Ethan sangat
mirip mereka berdua. Jadi, darimanakah aku berasal? “ cercaku pada Vladi yang
mulai gelagapan. Ia seperti menyembunyikan sesuatu. Tolonglah Vladi... berbuat
sesuatu untukku..
“ Em..
bukankah tidak aneh jika ada seorang anak yang tidak begitu mirip orang tuanya?
Itu hanya factor gen Val.. jadi kau tidak usah khawatir tentang itu.. selain
itu, tak sadarkah engkau... kak Ethan sangat sayang padamu..” tukas Vladi dan
menatapku lembut.
“Ingat saat
kita baru lulus SD? Waktu aku pernah menakut-nakutimu dengan lipan mainan..?
kamu menangis sesegukan saking takutnya... dan aku kapok berbuat begitu, karena
setelahnya kak Ethan melempar kepalaku dengan bola basket.. sakit!! “ aku
tergelak. Walaupun tidak sepenuhnya puas dengan penuturan Vladi.
‘kamu harus
tetap hidup Zelia... walaupun tanpa
aku... maafkan aku... kalau suatu saat, tidak bisa berada di sisimu.. maaf..’
argghh...
suara itu lagi.. kepalaku...!!! sakit....! Tuhan... siapa dia? dan siapakah Zelia
yang dimaksudnya? aku... aku pusing.... rasanya sangat sunyi.... dan........
segalanya gelap... masih kudengar suara Vladi sayup-sayup di kejauhan.
# # # # #
Dimana....?
sekelilingku..rumput...bunga... sebuah tempat yang.. mirip grassland?? Yah..
Terlalu indah untuk sebuah mimpi. Perlahan, kurebahkan diri di hamparan rumput
tersebut.
Menatap
birunya langit di atas sana. Angin bertiup perlahan, meniup semerbak wangi
bunga sampai ke hidungku. Hening... tapi aku suka dengan keheningan yang satu
ini.
Kuhirup
udara sekuatnya. Seakan tidak rela untuk melepas segala ketenangan ini.
Terdengar suara seseorang mendekat ke arahku. Dedaunan yang terdapat di semak
belakangku bergesek karena kehadirannya.
Aku duduk
dan menoleh ke arahnya. Seorang pria... tampan... mirip dengan pangeran di film
Barbie princess yang biasa kutonton.. dia berdiri dan menyandarkan punggungnya
di pohon dan membelakangiku. Sama sepertiku,dia diam dan menatap langit.
Dengan
penasaran, aku beranjak ke sisinya. Dan berjongkok di dekat pohon tempat ia
berdiri. Kuteliti wajahnya yang sepertinya cukup familiar di kehidupanku.
“Hm.....boleh
aku tahu, kamu itu siapa? “ tanyaku sambil tersenyum ke arahnya. Dia tetap
diam... dan terus menatap langit. Aku mengikuti hal yang sedang dilakukannya.
Menatap langit. Menelusuri segala sisi dari singgasana berwarna biru itu.
“Ada apa di
langit? “ ujarku yang sontak membuat dia menoleh ke arahku.
“Hhh... kamu
tak perlu tahu itu. tapi kurasa, suatu saat kamu akan tahu...” sahutnya kecil
sambil tersenyum pahit. Dan...tatapannya, seakan aku telah menyakiti dirinya.
# # # # #
Aku terduduk
di kasurku. Mimpi lagi... Tuhan... aku serasa ingin menangis sekarang. Semalam
aku sempat bermimpi bertemu dengan dia lagi.. dan.. sekelilingku di penuhi
api.. dia berujar agak terbata ke arahku, yang duduk memeluk lutut di depannya,
agar aku tetap hidup.
Tak tega
melihat dirinya yang dihimpit puing besi. Penuh darah.. Sepasang suami istri
juga tergeletak dengan tubuh penuh luka di samping dia. dan lagi-lagi gelap.
Ah... gelap.
Kuusap
wajahku yang telah penuh dengan peluh. Dan aku tersadar akan sesuatu. Jemari
sebelah kananku sedang digenggam oleh kakakku. Ethan tertidur di sisi kasurku
sambil menggenggam jemariku.
Kulihat
sekilas meja sampingku. Ada kompresan di sana? Demamkah aku semalam? Kuraba
keningku dengan telapak tangan kiri. Sepertinya sekarang tidak lagi..
Aku menatap
wajah kakakku yang terlelap. Aku tahu pasti, capeknya dia merawat aku
semalaman. Kugenggam erat tangannya yang sedang menggenggam jemari kananku. Dan
perlahan aku mengelus puncak rambutnya. Aku tahu kalau dia sayang aku.
Sepertinya
aku tidak perlu lagi berlebihan mencari ujung dari misteri masa laluku ini.
Toh... walaupun aku tidak tahu kebenarannya, dia masih tetap menjadi kakakku.
Kakak yang paling menyayangiku. Dan, mungkin itu sudah cukup bagiku.
Ok Val,
mulai besok... jalani harimu seperti biasa. Dan kembali menjadi Val yang selama
ini orang-orang kenal.
# # # # #
Matahari
menyambut pagiku. Ditambah dengan sapaan lembut Bunda, yang membuatku tersenyum
saat kali pertama kubuka mata pagi ini.
Ah...semua
terasa lebih menyenangkan hari ini. Aku ingin menyambut hari baruku, dan
melupakan segala kenangan yang akupun tidak ingat itu apa. Walaupun kenangan
itu indah bisa jadi. Kurasa lebih baik mencintai apa yang harus kujalani kini.
“Pagi kak
Ethaaan!! Hari ini cerah sekali ya.... secerah wajah kakak..! bersinar
teraaangg.. hahaha...” sapaku ke arah Kakakku. Ethan merespon dengan tergelak
dan mengacak-acak rambutku.
Waw...
sepertinya senyumku bisa menebar energy positif kepada kakak satu-satuku ini.
“Kamu sudah
baikan Val? Kalau belum, sebaiknya tidak usah sekolah saja... tapi, kalau kamu
memang ingin sekolah aku akan mengantarmu sekarang..” tukas Kak Ethan ke
arahku. Aku mengangguk dan tersenyum.
“Thankyoou
kakak... ohya, kalau kakak tidak bisa menjemputku tak masalah...aku akan pulang
bersama Charis” sahutku sambil mengoleskan selai kacang ke atas rotiku. Kak
Ethan mengangguk. Dan kami mulai sarapan kami.
“Hm... kalau
bisa, kamu pulang secepatnya ya Val, keluarga kita di undang acara di rumah
direktur perusahaan Kiraichi malam ini. Mungkin bunda akan mebawamu ke salon
nanti sebentar..” ujar Bundaku yang kubalas dengan anggukan.
“Wah... Val
ke salon, bunda? Seperti ini saja sudah cantik kok... aku tak bisa membayangkan
adik kecilku ini setelah keluar salon... I wonder...” celetuk Ethan.
Wew..kakakku pandai juga memuji.
“Sudah..sudah..sebaiknya
kalian lansung berangkat saja. Kamu tak ingin terlambat kan Val? Dua puluh
menit lagi kamu akan terlambat..” ujar Ayah. Aku mengangguk dan mengikuti jejak
Kak Ethan menuju garasi.
# # # # #
Aku berjalan
sambil bersiul di tiap deretan kelas yang aku lewati. Sesekali kusapa beberapa
murid yang kutemui di koridor. Mereka dengan riang membalas sapaanku. Hidupku
terasa lebih bahagia..
Sampai,
seseorang berjalan di sisiku dengan tujuan kelas yang sama. Seseorang yang
seakan tidak peduli dengan kehadiranku. Seseorang yang selalu memakai headset
saat aku melihatnya. Seseorang yang bisa membuat hidupku suram cukup dengan
melihat wajahnya.
“Morning
Cleoon... apa kabar? “ sapaku padanya. Dia melirik sekilas ke arahku.
“Not bad.. napa?
“ tanyanya balik. Aku menyumpahnya dalam hati. Orang sudah baik-baik mau
menyapa, dia hanya membalas dengan memerkan wajah asemnya itu kepadaku? Dasar
anak aneh menyebalkan! Aku hanya menggeleng dan tersenyum masam ke arahnya.
Dia
mengangkat sebelah alis melihat senyumku. Seakan ingin memberitahukan padaku
kalau hal yang kulakukan itu adalah perbuatan bodoh. Aku hanya memeletkan
lidahku ke arahnya. Sayangnya tidak tertangkap oleh tatapannya yang telah
beralih ke depan.
“aww....Val..
kamu berangkat bareng dengan Cleon? So sweet..” ledek Charis yang menghadangku
di depan kelas. Aku menggeleng. Cleon juga membalas Charis dengan *lagi-lagi*
pameran wajah asemnya itu.
“ Ketemu di
koridor tadi. Terus Cleon yang ngikut-ngikut aku tuh, ke kelas.. entah deh,
anak aneh satu itu..” gumamku yang ternyata tertangkap telinga Cleon. Dia
menoyor kepalaku.
“ heh!
apa-apaan kamu? kamu kira kita saling kenal?? “ serunya kearahku. Aku hanya
memeletkan lidah ke arahnya. Dan dia membuang muka dengan angkuhnya. Kemudian
berjalan cuek ke arah bangkunya. Aku mendecak sebal.
# # # # #
“ Waah...
aurora... ayo, kita berangkat..” ujar Kak Ethan sambil mengulurkan tangannya ke
arahku. Aku tersenyum dan tersipu malu. Kemudian menggandeng tangan Kak Ethan.
Bunda dan Ayah hanya tersenyum melihat keakraban kami.
Aku memasuki
gedung bercat putih itu sambil terus digandeng Kak Ethan. Yap! Gedung itu
adalah rumah direktur perusahaan Kiraichi. Pemilik salah satu hotel besar di NYC.
Dan hari
ini, Ayahku diundang makan malam untuk sebuah acara di isni. Aku tidak tahu apa
pastinya acara tersebut.
“Selamat
datang... Tuan Josephine... terima kasih sudah bersedia hadir di acara kami..”
ujar Paman Romello Martin yang menjadi tuan rumah malam ini. Para undangan
sudah mulai memadati ruangan tersebut.
Kak Ethan
mulai meninggalkanku dan bercakap-cakap dengan beberapa partner kerjanya yang
datang. Aku duduk sendiri di meja bundar berlapis taplak putih tersebut.
Termangu melihat Bunda, Ayah, dan Kak Ethan sibuk dengan teman-temannya.
“Boleh aku
duduk di sini? “ tanya seseorang yang kemudian duduk di bangku kosong di
sebelahku. Aku mengangguk singkat. Dia tersenyum ke arahku. Hm... sepertinya
wajanya mirip dengan seseorang yang aku kenal.
“Namaku Joey
Martin. Aku putra bungsu keluarga tuan Martin. Boleh aku tahu namamu?” tanyanya
ramah sambil sesekali mengaduk-aduk isi gelas minumannya dengan sendok.
“Aku Valerie
Josephine. Putri bungsu tuan Josphine. Senang berkenalan denganmu..” sahutku.
Selanjutnya, ia banyak bertanya kepadaku. Yang membuatku akhirnya memiliki
teman mengobrol.
Setelah
berselang beberapa waktu, kulihat seorang wanita cantik yang sepertinya ibunya
mendekat ke arah Joey dan bercakap sebentar dengannya. Aku tidak mendengar
jelas percakapannya, yang pasti setelah itu Joey juga pamit dan berjalan
mengekori ibunya entah kemana.
Aku
mendesah. Dan menopang daguku di meja. Kutatap iri Kak Ethan yang sedang
tertawa-tawa bersama teman-temannya di sudut ruangan. Dasar tak setia adik!
*whut?* kutolehkan wajah ke dinding kaca sebelah barat rumah Joey ini. Hm...
kolam renangkah?
# # # # #
Aku berjalan
perlahan sambil menggenggam gelas minuman di tangan kananku. Kuarahkan
langkahku menuju kolam renang di sebelah kanan rumah Joey. Kolam renang itu
hening. Tak ada tanda-tanda kehadiran orang disana.
Di sisi
kolam renang terdapat beberapa bangku dan lampu-lampu tiang yang menerangi. Aku
duduk di salah satu bangku yang paling dekat dengan sisi kolam renang. Sambil
mengaduk-aduk isi minuman di gelasku.
Ternyata
dugaanku salah. Ada yang telah mendahuluiku duduk di sana. Seseorang. Masih
dengan headset di telinganya.
Hah....kenapa
dia tidak bisa jauh-jauh dari hidupku? Apa sudah takdir, hidupku selalu
dihantui oleh dia? sampai saat pergi pestapun aku bertemu dengannya?
Dengan pura-pura
tidak tahu akan kehadiran dia, aku duduk di bangku sisi kolam yang
berseberangan sambil mengutak-atik I-phoneku. Dan dia masih asyik dengan I-pod
dan headsetnya. Kusyuk sekali dia mengdengar lagu itu, sampai menutup mata dan
menghayatinya.
“Valerie? “
gumamnya tanpa menoleh ke arahku. Aku mengangkat wajah. Menoleh ke arah sumber
suara. Dan menatapnya dengan tatapan bertanya.
“Tak
kusangka. Kita bertemu lagi. Kukira cewek sepertimu tidak hobi ikut pesta
seperti ini..” ujar Cleon yang tidak kumengerti maksudnya. Menyindirkah dia?
“Aku juga
tak menyangka... cowok sepertimu masih mengingat namaku. Aku senang sekali...”
jawabku datar. Dia menatap cuek, kemudian mengambil gitar yang disandarkan di
sisi bangkunya. Mulai memainkan nada sebuah lagu yang tak kutahu apa.
“Kau kira
aku mau bersusah-susah menghafal namamu? Apa manfaatnya bagiku? Bisa membawa
keberuntungankah? Tapi, berbahagialah karena aku bisa ingat namamu. Karena...
namamu mirip nama seseorang..”
awalnya aku
ingin marah mendengar kata-katanya, sampai mendengar perkataan terakhir dia.
mirip nama seseorang? Apa maksudnya? Cleon hanya tertunduk seperti menekuri
sesuatu.
“Aku tidak
mengerti apa maksudmu. Tapi, jangan bilang kalau kamu mau mengatakan bahwa
namaku mirip dengan nama hewan peliharaanmu di rumah.” Ujarku cuek. dia tertawa
sinis.
“Sayangnya
memang begitu. Kamu tahu? Nama kucing di rumahku Falis. Dan aku selalu ingat
kamu saat dia melakukan hal bodoh di rumah. Karena kebodohan kalian itu sama”
Jawabnya sinis. Aku melotot. Dasar orang tak tahu diri! Seakan dia tahu segala
hal tentangku.
Dengan
sedikit menghentakkan kaki, aku berdiri dan ingin segera meninggalkan tempat
ini. Panas telingaku mendengarkan kata-kata dari setan berwajah Cleon itu.
Karena tak
hati-hati, aku tergelincir di lantai ujung kolam. Dan, aku tercebur ke dalam
kolam renang itu. And this is the worst part.aku..tak bisa berenang! God, please... Save my life.
Sekuat
tenaga, kukumpulkan segala kekuatan untuk dapat mencapai tepian kolam. Tapi,
tambah aku berusaha, tambah menjauhlah aku ke tengah kolam dan tambah
berkuranglah kekuatanku untuk mengumpulkan sisa-sisa kehidupan.
Byuur! Cleon
menceburkan dirinya ke kolam. Cleon..... walaupun tidak yakin, kuharap dia akan
menyelamatkanku. Dan.. ya! Dia berusaha menggapai lenganku yang masih cukup
jauh dari jangkauannya. Pandanganku mulai memudar.. jangan bilang kalau... ah!
Gelap...
# # # # #
“Val,
Valerie...” dengan terbatuk, perlahan aku membuka mataku. Kulihat Cleon
menatapku khawatir sambil menepuk-nepuk pipiku. Dia menghela nafas lega saat
aku sudah membuka mataku.
“ Sudah
kukatakan... kamu memang bodoh seperti Falis. Jangan berlari-lari di lantai
kolam renang..., licin bodoh! Masa kamu marah hanya karena aku mengatakanmu
bodoh seperti itu? aku hanya bercanda, bodoh! “ rutuknya panjang lebar. Aku
hanya tersenyum kecil. Bagaimanapun, aku berterima kasih padanya kali ini.
“Sialan! Aku
sudah tenggelam di kolam, dan kamu masih menyumpah-nyumpahi aku seperti ini?
Iya...iya...maafkan aku..aku..uhuuk” oh tuhan... tidak.. tiba-tiba badanku
panas dingin. Aku terbatuk parah.
Dan.. darah
sialan itu mengalir di sudut bibirku. Cleon terlihat panik melihat keadaanku.
Lekas dia menyodorkan sapu tangan ke arahku.
“ hm...
Cleon, tolong jangan bilang kepada keluargaku tentang ini. Aku tidak mau
mengkhawatirkan mereka. Aku hidup saja sudah sangat merepotkan mereka” ujarku
yang sepertinya ingin dibantah oleh Cleon. Tetapi ia hanya diam dan mengatupkan
bibirnya.
# # # # #
“Val.... kamu..”
Kak Ethan ternganga melihat aku yang basah kuyup. Dan Cleon yang berjalan
bersisian denganku yang tak kalah basahnya.
“Tidak
apa-apa Kakak.. aku baik-baik saja.. hanya saja, tadi ada sedikit insiden saat
di kolam renang.” Ujarku riang. Ethan hanya terdiam. Nyonya Jaden menuntunku ke
ruangan lain untuk mengganti baju. Sekilas, aku melirik ke belakang. Ke arah
Cleon.
Aku merasa
aneh melihat tatapan sinis Kak Ethan ke arah Cleon yang sama sekali terlihat
tidak peduli terhadapnya. Apa Kak Ethan punya dendam pada Cleon? Kenapa dia
seperti ingin mengusir Cleon jauh-jauh dari situ?
# # # # #
Semenjak
insiden tersebut, entah kenapa aku dan Cleon menjadi teman dekat. Sangat -
sangat dekat. Sampai beberapa orang mengira kami berpacaran. Dan jika telah
begitu, serentak sebuah kalimat akan terlontar dari mulut kami.
“Haah??
Pacaran? Dengan orang aneh seperti dia? nggak deh!!!” ujar kami sambil saling
melirik. Kemudian membuang muka.
Dan, kurasa
Charis akan tersisihkan jika saja aku tidak berteman dengannya sejak SMP.
Sayangnya, aku dan Charis telah menjadi sibling yang tak akan terpisahkan.
Sekalipun ada Cleon di tengah-tengah kami kini.
“Uh...Val...
hm... begini... tolong maafkan aku, jika suatu saat.. aku kurang
memperhatikanmu lagi.. em.. maksudku..” Charis menatapku sambil berkata
terbata. Aku menaikkan sebelah alisku curiga. Dan tiba-tiba mataku menangkap
hal yang aneh. Di jari manis Charis.
“Hm... apa
cincin itu penyebabnya?” ledekku iseng. Charis gelagapan. Tertunduk, dan
kemudian mengangguk. Aku terdiam melihat wajahnya yang seperti diliputi rasa
bersalah.
“Hahahaha....
kenapa kamu harus khawatir tentang itu?? bukankah kita saudara, Charis? Kenapa
kau harus takut aku merasa tersisihkan? Jika kamu bahagia, itu akan menjadi
kebahagian tersendiri buatku..” gelakku sambil memeluk perempuan manis di depanku
ini. Charis balas memelukku dan tersenyum lebar.
“Omong-omong..
kenapa kamu tidak memberitahukanku? Dan... siapa orang yang beruntung itu sist??”
tanyaku dengan penasaran.
“Maaf...
acaranya betul-betul mendadak... saat ada acara di rumah keluarga Martin itu..
aku juga tidak percaya kalau orang tuaku dan orangtua dia sudah merencanakan
ini dari dulu. Dan..orang itu... eng... Fabian” ujarnya yang hampir membuatku
tersedak dengan jus jerukku. Hahh? Pangeran es itu? tunangan Charis? Seketika
aku tertawa terbahak.
“Charis....
tak kusangka.. padahal aku juga datang ke acara itu.. dan ,musuh bebuyutanmu
sejak dulu itu, akhirnya menjelma jadi pangeranmu ya... karma tuh.. hahaha”
Charis mencubit pahaku.
Tak berapa
lama kemudian, orang yang dari tadi kami bicarakan tiba-tiba menampakkan
dirinya di kantin.Dan seperti yang telah kuduga, Charis segera beranjak ke
arahnya saat Fabian mengisyaratkan untuk mendekat. Aku hanya tersenyum tipis.
“Hoii...
kenapa kamu? ntar kesambet lho... bengong gitu. cemburu ngeliat mereka ya?”
seru seseorang yang tiba-tiba sudah duduk di kursi sampingku. Aku terkaget.
Nah...anak ini jelangkung apa? Main datang tiba-tiba gitu aja.
“eh...
Cleon... bisa nggak sih, lain kali kalau mau datang itu ngasih aba-aba dulu.
Jangan kayak hantu gitu dong..” rengutku. Cleon tergelak. O oww.. apa tadi?
Buat pertama kalinya dia menjadi anak manis seperti itu?
“Udahlah...
nggak perlu cemburu kayak gitu.. masih banyak kok cowok cakep di dunia ini..
bukan Cuma Fabian... daripada kamu mati cemburu di sini, temenin aku main gitar
ke taman belakang aja..” Ujar Cleon tiba-tiba sambil menarik tanganku. Aku
merengut.
# # # # #
Taman
belakang sekolah. Seperti biasa, hening. Aku lansung duduk di ayunan yang ada
di situ. Dengan perlahan, kuayunkan ayunan itu dan menjejakkan kakiku ke tanah.
Angin berdesir memainkan anak rambutku.
“Oii...
cewek... mau ngerequest lagu nggak?” teriak seseorang yang duduk di bangku
sampingku. Aku berpikir sekilas untuk kemudian menjawab.
“Bisa mainin
chord lagu you’re still the one-nya shania twain nggak? Kakak aku jago lho.. “
gumamku sambil membayangkan kak Ethan terakhir kali memainkan lagu itu di
gazebo rumahku.
“Ah...
jangan itu dong...mellow banget... ntar terharu yang ngedengerin.. mending, ini
aja nih..” tolaknya dan mulai memainkan lagu yang ‘pas’ menurutnya.
“ ♪I've dreamed of this a thousand times before
But in my dreams I couldn't love you more
I will give you my heart, Until the end of time
You're all I need, my love, my Fabiaaan...♪”
But in my dreams I couldn't love you more
I will give you my heart, Until the end of time
You're all I need, my love, my Fabiaaan...♪”
Tak..!
kulempar botol minuman yang tadi kubeli ke kepala Cleon. Sukses membuat Cleon
tergelak panjang. Bah! Itu lagu yang nggak mellow kata dia? dasar....! pake
ujung-ujungnya nama Fabian lagi..
“ Cleon,
sudah kubilang. AKU NGGAK SUKA KAK FABIAN...!! baka baka baka... kenapa
sekarang kamu yang bodoh seperti Falis ya?” tanyaku sebal. Cleon hanya meringis
sambil mengelus kepalanya.
“Oh... jadi
begitu.. berarti.. tatapan cemburu kamu tadi.. karena kamu suka sama Charis?
Nggak normal dong? “ gumamnya lagi dengan lebih bodoh. Aku meremas rokku gemas.
Dengan kesal, aku merebut gitar Cleon dan mebawanya ke atas pangkuanku.
“Kusita dulu
gitarmu yang mengganggu ini. Sekarang, mari kita bergosip saja” tukasku sambil
menarik-narik senar gitar Cleon. Cleon manyun.
“Cleon....
kalau menurutku, kamu itu cakep, terus, tinggi.. kenapa kamu tidak ikut klub
basket saja? Jangan bilang kamu tidak bisa main basket.. aku sudah memergokimu
tiga kali lho, sepulang sekolah..” gumamku sambil memetik asal gitar milik
Cleon.
“Boleh...
kalau itu maumu.. dan jika dengan begitu, bisakah kau segera mengembalikan
gitar itu kepadaku? Dia bisa binasa ditanganmu! “ seru Cleon sambil merebut
gitar itu dari tanganku. Aku tergelak.
Cleon
kembali sibuk memetik senar gitarnya, membuatku kembali merasa kurang
diperhatikan (?). Namun kali ini kuputuskan untuk bergeming dan hanya terdiam
menatap sosoknya yang terlihat sangat serius dan menghayati setiap nada yang
keluar dari petikan gitarnya itu.
Tanpa sadar,
kedua sudut bibirku sedikit tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman
tertahan. Kedua bola mataku tidak beralih sedikitpun, terpaku lurus menyimpan
potret wajah Cleon yang akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu bersamaku.
“Val.....
kamu tau lagu ini nggak?” tanyanya sambil memainkan intro sebuah lagu yang
kurang familiar di telingaku. Aku mengangkat sebalah alis, berusaha menerka
lagu yang tengah dimainkan Cleon.
“Ini lagunya
James Blunt , judulnya You’re Beautiful. Lagu ini masuk kategori 100 lagu
paling buruk di tabloid The Sun. Terus lagu ini juga masuk dalam 10 besar lagu
paling menyebalkan di majalah rolling stone. Tapi nggak tau kenapa, bisa jadi
salah satu lagu favoritnya aku” jelas Cleon panjang lebar seraya meninggalkan
sebuah cengiran lebar di wajahnya.
“Liriknya kalo
didengerin lumayan romantis loh. Maknanya juga lumayan dalem. Terus karakter
suaranya James Blunt itu khas banget, jadi ya ga aneh kalo aku suka. coba nih
dengerin ya...”
Cleon mulai
memetik gitarnya saat melihat anggukan kecil dari kepalaku. Aku kembali
hanyut mendengar dentingan permainan
gitar pemuda tanggung didepanku ini. Dan lagi-lagi, kedua sudut bibirku tanpa
sadar kembali menyunggingkan sebuah senyum.
♪ There must be
an angel with a smile on her face,
When she thought up that I should be with you.
But it's time to face the truth,
I will never be with you. ♪
When she thought up that I should be with you.
But it's time to face the truth,
I will never be with you. ♪
# # # # #
“Dah Val...
aku duluan ya...” pamit Charis kemudian bergegas mengejar Fabian yang telah
mendahuluinya. Aku tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya. Perlahan,
kututup pintu kelas. Keluar terakhir kali dari ruangan ini, seperti yang biasa
kulakukan.
From:
EvilCleon
Jangan
lupa nonton seleksi tim basket besok ya... kutunggu kamu..
and..,
wish me luck!
Pesan yang
semalam Cleon kirim ke hpku. Tak kusangka, dia menganggap serius saranku
beberapa waktu lalu. Ah...Cleon.
dan karena
ini juga, kutolak tawaran Kak Ethan yang berniat menjemputku pulang sekolah
tadi. Aku bisa pulang naik taksi nanti.
Lapangan
basket terlihat senggang. Hanya di isi oleh beberapa anak basket dan pelatih.
Dan memang tampak pelatih mulai melakukan penilaian.
Tak bisa
kupungkiri. Pose Cleon sangat cool saat ini. Dengan seragam basketnya, ia
bergerak lincah mendribble bola ke ring. Empat kali triple shoot dalam seperempat
jam. Aku masih menerka-nerka , apakah pelatih masih akan tega tidak
memasukkannya ke tim.
“Hm... hasil
akhir yang telah didapatkan... saya memutuskan, murid kelas 10 yang masuk tim
basket adalah... Donatello, Lee, Jonathan dan... Cleon..” ujar pelatih.
Don dan
Nathan bersorak. Cleon hanya tersenyum tipis dan menghela nafas lega. Dari
delapan orang kandidat yang diseleksi, empat orang yang terpilih masuk Tim.
“Kyaaa...~
Cleon...! Congraaat...!! yo yo man! “ teriakku dari tepi lapangan sambil
berlari-lari dan melempar botol air mineral ke arahnya. Cleon tertawa kecil,
dan menyambut lemparanku. Dia mengusap wajahnya yang telah basah oleh keringat.
“Wah...enak
ya.. yang punya orang yang merhatiin... derita jomblo nih..” gumam Don yang
sukses mendapat toyoran dari Cleon. Don tertawa, kemudian merebut botol air
mineral Cleon, dan meneguk isinya yang tinggal setengah.
# # # # #
“Val? Kamu
tidak dijemput?” Tanya Cleon kearahku yang tengah berjalan perlahan menuju
gerbang sekolah. Aku menggeleng.
“Aku sudah
bilang pada Kak Ethan akan pulang sendiri. Kan aku janji bakal nonton basket
kamu hari ini..” jawabku sambil tersenyum. Cleon menatapku dan tampak berpikir
sejenak.
Kemudian,
dia mulai memakaikan helm ke kepalanya.
‘plukk’
Cleon melempar helm lainnya ke arahku. Aku menerimanya dengan heran.
“Pakai. Aku
akan mengantarmu pulang.”
“Tapi...
rumah kita kan tidak searah...” tuturku tak yakin.
“Sudahlah...
toh, kamu pulang sendiri juga karena aku kan? Anggap saja ini balasannya” aku
masih tidak yakin.
Bukan. Bukan
itu. Sebenarnya yang lebih kukhawatirkan adalah dia. apa dia tak sadar, Ethan
tidak begitu menyukainya?
Tapi,
kuikuti juga perintahnya untuk segera duduk di boncengan daytona putihnya.
Perlahan, kukenakan helm.
“ Val,
pegangan. Aku tidak mau dimarahi kakakmu karena kamu pulang dengan keadaan
lecet..” aku lekas berpegangan pada bumper *?* daytonanya. Dia tertawa kecil.
“Bukan itu
maksudku...” jelasnya sambil meraih tanganku dan melingkarkannya di
pinggangnya. Aku patuh saja.
Jujur, aku
tidak merasakan hal aneh yang berdesir di hatiku, atau apaalah namanya.. malah,
aku merasa memiliki seseorang yang menjelma menjadi Kak Ethan dua di hidupku.
Dan, aku sangat bahagia untuk itu. Aku sayang Cleon.
# # # # #
Uhh.. aku
tak menyangka, Kak Ethan sudah berdiri di teras rumah menungguku kembali dari
sekolah. Dia menatapku sambil melipat kedua tangannya di dada. Pandangannya
beralih ke arah orang yang mengantarku. Tatapan datar.
“Siang kak,
saya Cleon Terrence... teman sekelas Valerie. Salam kenal ” ujar Cleon ke
arahnya sambil melemparkan senyum lebar. Ethan tetap bertahan dengan pose
datarnya itu. Aku mendesah pasrah. Kemudian dengan isyarat aku menyuruh Cleon
segera berlalu saja.
“Kamu....
siapa namamu?” Tanya Kak Ethan tak lama kemudian. Kami serentak menoleh ke
arahnya. Tak menyangka Ethan bakal angkat bicara.
“Cleon..”
jawab Cleon pendek.
“Aku ingin
bicara denganmu kapan-kapan” tutur Kak Ethan, dan... tersenyum! Ya.
Tersenyum..! aku tak menyangka. Walau itu hanya senyum tipis
“Dengan
senang hati kak.. sekarang, aku pamit dulu. Dah Valerie..” ujarnya sambil
melambai ke arahku yang tersenyum.
# # # # #
Hari ini
hari minggu. Tapi aku sibuk sendiri di rumahku. Kenapa? Karena siang ini mama
mengundang keluarga paman Romello Martin untuk lunch di rumahku. Biasalah...
masalah perusahaan.
Mungkin Kak
Ethan juga akan terlibat pembicaraan serius nanti. Dan kali ini Charis juga
datang untuk membantu di rumahku. Maklumlah... ada Fabian Martinnya yang juga
akan datang nanti.
“Charis,
kamu mandi saja sana! Aku udah siap dari tadi. Bukankah kamu nanti akan jumpa
dengan Fabian? Malu dong kalau kamunya bau asem! “ ujarku sambil mendorongnya ke
kamar mandi di kamarku. Dia beranjak dengan malas-malasan.
Setelah
sukses menyuruh Charis mandi, aku berjalan perlahan dan duduk di kursi balkon
kamarku. Menatap ke arah luasnya langit biru yang tak berujung. Menghirup
segala kebahagian yang mengambang di udara.
Otakku mulai
bekerja. Memutar sebuah film yang sepertinya telah lama terbenam di dalam
tumpukan memoriku. Seakan kini aku tengah menyelami masa lalu seseorang.
Pikiranku melayang. Mengingat segala kenangan yang kini berebut keluar.
- - - In Val’s Imagine - - -
“Zandra...
tunggu aku...!” teriak seorang gadis kecil berambut ikal sambil berlari-lari
mengejar bocah sebayanya.
“ah..
Zelia lelet.. kejar kalo bisa... aku malas nungguin anak lelet..” jawab sang
bocah. Sang gadis mengerucutkan bibirnya dan menatap si bocah lelaki dengan
kesal.
“kamunya
naik sepeda ih.. gimana nggak cepat..!” teriaknya sebal. Sang bocah yang
diteriaki gadis tadi hanya tertawa kemudian mempercepat laju sepedanya.
“Kalau
gitu, aku duluan deh ya... dah Zelia!” ujarnya sambil berlalu meninggalkan sang
gadis kecil yang menatapnya sebal di kejauhan.
Sang
gadis kecil berjalan ke arah yang berlawanan dari si bocah dengan langkah
tersaruk. Terlihat matanya yang mulai sembab karena menangis.ya! perlakuan anak
lelaki tadi memang pantas membuatnya menangis. Siapa yang tidak marah
diperlakukan begitu?
Dan
akhirnya, si gadis kecil sampai ke taman komplek rumahnya. Duduk di salah satu
bangku di bawah pohon dekat kolam kecil. Tangisnya makin menjadi-jadi.
“Zandra
jahat! Padahal aku udah nemanin dia ke lapangan untuk bermain. Tapi dia
membiarkan aku pulang sendiri! Akan kulaporkan pada mama! Zandra jahaaat!!”
raung sang gadis sambil tergugu.
“oh...
kamu kabur kesini toh..” sang gadis menoleh ke arah sumber suara. Si anak
lelaki yang kini tengah berdiri di sampingnya. Sang gadis membuang muka.
“euh...
masih marah ya? Aku kan bercanda.. jangan dibilangin ke mama dong.. tadi waktu
aku liat kamu nggak jalan ke arah rumah, aku kan lansung kejar kamu Zelia...
maafin dong..” tutur Zandra sambil memelas.
Zelia,
nama si gadis kecil , tetap tidak menjawab.
“nih...”
ujar Zandra sambil menyadorkan ice cream ke arah si gadis yang berbinar
melihatnya.
“tapi
maafin aku ya...??” Tanya Zandra memelas. Untuk kemudian dibalas oleh anggukan Zelia.
Zandra tersenyum lebar dan mengacak-acak rambut Zelia yang sibuk dengan ice
creamnya.
# # # # #
Aku
terhenyak. Siapa gadis itu? kenapa aku merasa sangat kenal dengan gadis itu?
tapi kapan??
Dan... bocah
lelaki tadi... dia mirip sekali dengan orang itu! ya.. orang yang sering masuk
ke dalam mimpi-mimpiku. Pangeran berwajah tampan itu...! ah... kenapa aku
tiba-tiba sibuk dengan masalah itu lagi?? Lupakan Val. Sekarang ada hal yang
lebih penting untuk kau urus.
Dengan
setengah hati, aku beranjak ke lantai dasar bersama Charis. Menyambut
kedatangan keluarga Martin. Tuan Romello Martin, nyonya Jaden, kak Fabian, kak
Tara, dan Joey. Ayah menjabat tangan
paman Martin, dan mengajaknya sekeluarga masuk ke dalam.
Aku berdiri
di antara Kak Ethan dan Charis. Menyambut kedatangan mereka dengan senyum
tersungging. Dan seperti yang diduga, Fabian kaget melihat kehadiran Charis di
sini. Jangan-jangan dia mengira aku sepupuan dengan Charis lagi!
“Charista
Donner? “ ujarnya tak menyangka. Aku dan Kak Ethan tergelak.
“Bukan Fabian!
Dia ini Angelina Jolie... mungkin kamu salah lihat!” seruku iseng yang membuat Fabian
makin mengerut. Kami tambah tergelak. Tapi tidak lama, karena Charis segera
menggandeng Fabian dan mengajaknya ke meja makan.
“Val, kamu
main sama Joey saja sana! Aku, ayah, bunda, paman Martin dan yang lainnya bakal
membahas masalah perusahaan nanti. Ntar kamu Cuma bengong aja.. kasian..” tukas
Ethan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku
mencibir. Aku tau Kak Ethan ada maksud mengejekku yang ‘masih anak-anak’
menurutnya.
“Boleh...
tapi aku pinjam gitarnya ya!” teriakku saat Kak Ethan sudah duduk bersama yang
lainnya di meja makan. Tentu saja dia tidak bisa menjawab tidak saat itu. haha,
Rasain!
# # # # #
Aku duduk di
tepi kolam renang sambil memangku gitar kesayangan Kak Ethan di pahaku.
Memasukkan kedua kakiku kedalam air. Pose yang paling menyenangkan!
Kupetik
senar gitar putih tersebut. Kenapa sepertinya Kak Ethan sangat menikmati sekali
permainan gitarnya? Apa yang istimewa dari gitar itu? oh ya, omong-omong
tentang gitar, aku jadi ingat seseorang yang sering mengusiliku dengan gitar
bodohnya.
Cleon.
Padahal baru kemarin aku bertemu dengannya, tapi jujur.. sekarang aku kangen
berat dengan dia. bahkan mungkin tak ayal, aku menginginkan kehadiran dia di
sini. Mengatakan bahwa permainanku ini bodoh, kemudian merebut gitar ini dan
memamerkan permainan gitar dia dengan gaya sombongnya.
“Bukan
begitu cara memainkannya Val.. “ ah. Baru saja aku menghayalkan seseorang
mengatakan kalimat itu kepadaku.
“Sinikan
gitarnya” pintanya ke arahku. Aku hanya menurut saja. Si cowok ini mulai
memetik gitar Kak Ethan dan memainkan sebuah nada.
“Kamu tidak
ikut makan siang, Joey?” tanyaku ke arahnya. Dia menggeleng.
“Kamu
sendiri?” aku juga menggeleng. Memang bukan hobiku makan siang atau makan
kapanpun. Kecuali kalau aku memang sudah lapar berat.
“Hm...
Val... kamu...... ng.... sakit ya?” aku sontak menoleh ke arahnya. Mengapa ia
memberikan pertanyaan aneh itu?
“Sakit?
Sakit apa maksudmu..?” sahutku heran.
“Maaf....
aku sempat melihat saat kejadian di kolam waktu itu.. sebaiknya kamu ke dokter
Val.. aku khawatir itu akan tambah parah” ujarnya khawatir. Aku menggeleng.
“Tidak ah..
aku malas ke dokter. Aku tidak apa-apa kok Joey. Saat itu, mungkin saja efek
samping dari minum air kolam rumahmu..” tukasku sambil tertawa kecil. Dia
tersenyum tipis merespon jawabanku.
“Selain itu,
aku belum siap kalau dokter memvonis yang macam-macam nanti. Padahal, menurutku
aku baik-baik saja..” lanjutku lagi. Joey mendesah, dan tetap memainkan gitar
putih itu. aku dan dia sama-sama diam, menatap gelombang-gelombang kecil di
permukaan kolam renang di depan kami.
“Joey.. kamu
pandai juga main gitar. Em..kamu punya lagu favorit nggak waktu mainin gitar?
Coba mainin, aku pengen dengar.” Tukasku penasaran sambil menatap ke arahnya.
Dia mengangkat sebelah alis, dan terlihat berpikir.
“Serius?
Pengen dengar? Tapi jangan ketawa lho ya.. ini lagu udah lumayan jadul.
diajarin kakakku waktu aku kecil, tapi aku suka banget sama liriknya..”
tuturnya dan mulai memainkan sebuah accord lagu yang sempat membuatku penasaran
itu.
♪ The smile on
your face lets me know That you need me
There's a truth in your eyes saying you'll never leave me
The touch of your hand says you'll catch me Whenever I fall
You say it best When you say nothing at all.. ♪ ( Ronan Keating – When You Say Nothing at All)
There's a truth in your eyes saying you'll never leave me
The touch of your hand says you'll catch me Whenever I fall
You say it best When you say nothing at all.. ♪ ( Ronan Keating – When You Say Nothing at All)
Aku suka
lirik lagu ini. Walaupun jujur, aku tak sepenuhnya mendengar permainan gitar Joey.
Pikiranku masih melayang ke anak yang ada di bayanganku tadi. Anak laki-laki
itu. yang sedang berlari di ikuti oleh gadis kecil tadi.
Tampak
senang sekali, berlarian sambil tertawa-tawa, ditonton oleh kedua orang tua
mereka yang memandang mereka bahagia. Dan aku sedang menatap mereka dari
kejauhan. Ikut tersenyum.
“Val...Val..?
kamu tidak apa-apa?” Joey menggoyang-goyangkan tangannya tepat di wajahku. Aku
tersadar, kemudian mengangguk.
“Kamu
senyum-senyum sendiri tadi. Aku tau, kamu suka dengan lagu itu, tapi...
senyumnya ntar aja deh ya.. aku nggak mau berteman dengan orang yang suka
senyum-senyum sendiri..” aku mendelik. wah.. sepertinya Joey mulai tertular
stresnya Cleon. Oh Cleon.. Raja stress yang paling ngangenin.
Aku hanya
tertawa kecil dan menatap langit. Tentang langit, masih ada satu rahasia yang
belum terjawab. Pertanyaanku untuk cowok di mimpiku itu. ada sesuatu apakah di
langit?
“uhuk..uhuk..”
aku meremas perutku kuat. Rasa sakit itu datang lagi. Dan tampaknya ini lebih
parah. Ingin rasanya kumuntahkan seluruh isi perutku. Darah mulai berceceran di
celah-celah jemariku.
“Aku tidak
apa-apa” tepisku saat Joey ingin menyentuh tanganku. Aku mulai sibuk sendiri
mengelap jariku dengan sapu tangan yang biasa kubawa.
“Kamu
yakin..?” Tanya Joey khawatir. Aku mengangguk, tapi tak lama kemudian ambruk.
Kuremas dadaku kuat. Sesak sekali rasanya. Seakan jantungku ingin pecah saat
ini juga.
“Tak ada
alasan lagi. Ikut aku ke dokter sekarang. Atau kamu akan kulaporkan pada
keluargamu, biar mereka yang akan membawamu.” Aku menatap pasrah ke arahnya.
Kemudian mengangguk terpaksa.
# # # # #
Dari zaman
ke zaman memang begini sepertinya keadaan rumah sakit. Hening, sunyi dan...
menyimpan sejuta harapan orang- orang yang berada di sana. yah begitulah
kira-kira.
Aku dan Joey
berjalan bersisian menuju ruangan medical check-up. Joey menunggu di luar
ruangan. Dan aku, dengan beribu prasangka masuk ke dalam ruangan putih-putih
itu ragu.
# # # # #
Kanker hati.
Ya, penyakit itu yang merasuki tubuhku. Yang membuatku akhir-akhir ini tak
berdaya. Dan, tahukah kamu? aku tidak menyangka, hidupku akan sependek ini.
“Valerie...
maaf...” aku terpaku menatap lantai rumah sakit. Joey menatapku kasihan. Yah,
untuk kali ini aku memang pantas dikasihani. Tidak sampai dua bulan lagi aku
masih bisa melihat bintang di balkonku saat malam menjelang.
Dan
sekarang... aku rindu Ayah, Bunda dan Kak Ethan. Takut. Sampai kapan aku masih
diberi kesempatan melihat senyum mereka? Setidaknya, beberapa saat setelah Joey
mengajakku pulang.
# # # # #
Kubolak-balik
album foto itu. foto-foto saat aku dan Kak Ethan SD terpampang di sana.
Berusaha sekuat mungkin, menutupi masalah yang tengah melandaku. Tidak. Aku
sama sekali tidak berniat sok kuat. Hanya saja, aku tidak ingin ada orang yang
mengkhawatirkanku. Dan kurasa, aku tidak butuh orang-orang mengkhawatirkanku.
Dan...kerinduan
tak beralasan itu datang kembali. Tapi kini pada orang yang berbeda. Aku rindu
Cleon. Aku rindu senyumnya.
“Halo...?
Val...?? kenapa? em.. bisa... tunggu sebentar ya, aku akan ke sana.” Klik.
Telepon dimatikan. Bergegas kuturuni tangga rumahku menuju lantai dasar.
“Bunda.. aku
pergi ya...nggak lama kok..Cuma jalan-jalan bentar aja.” Ujarku pada Bunda yang
tengah membereskan ruang tamu dibantu pembantuku. Bunda mengangguk. Perlahan,
aku membuka pintu depan. tapi lekas berbalik kembali. Kupeluk Bunda yang
keheranan karena tingkahku. Cukup lama. Sampai Bunda berujar ke arahku.
“Val...
kenapa? Kamu aneh sekali hari ini..” aku menggeleng dan tertawa riang.
# # # # #
Cleon
menatapku heran. Sudah setengah jam kami duduk di kedai es krim ini, tapi belum
ada yang mulai berbicara. Tepatnya aku tidak menyahut apapun yang dikatakan
Cleon. Hanya mengangguk atau menggeleng.
“Val...
sebenernya, kenapa kamu ngajak aku ke tempat ini? ada sesuatu yang mau kamu
omongin?” Tanya Cleon hati-hati. Aku tersenyum.
“Um.....
kamu punya tempat favorit nggak?”
# # # # #
“Waaaaahhh....
ini indah sekali Cleon...!!” teriakku sambil lompat-lompat histeris di atas
hamparan rumput itu. Cleon tersenyum dan mengacak-acak rambutku. Aku berdiri
terpaku di tempatku. Tak berkedip menatap sekelilingku. Hamparan bunga di atas
bukit...!
“Aku tak
tahu nama asli tempat ini apa, tapi ini tempat favoritku dan seseorang sejak
dulu. Kami menamakan tempat ini Bukit bintang. yah... walaupun mungkin lebih
cocok disebut padang bunga ya..” tukasnya kemudian mulai merebahkan tubuhnya di
atas rerumputan itu. Aku mengikuti gerakannya.
“Kamu tahu
Val...? di tempat ini, aku dan dia dulu sering tersenyum menatap langit dan
meneriakkan segala harapan kami. Berharap bintang akan mendengarnya. Seperti...
yah, salam rindu kami untuk orang tua kami yang dulu jarang ada di rumah. Dan,
sepertinya bintang benar-benar menyampaikannya.” Tutur Cleon panjang lebar
sambil tersenyum tipis.
Kemudian
Cleon menarik nafas panjang, dan terdiam lama. Aku menatapnya, memintanya untuk
melanjutkan ceritanya.
“Lalu
Cleon...? aku ingin tahu, kenapa kalian menamai tempat ini bukit bintang..?? “
tanyaku dengan mata berbinar penasaran. Cleon tersenyum. Dan mendesah lagi.
“Suatu saat,
aku akan mengajakmu ke sini saat malam. Kamu bisa melihat panorama sejuta
bintang dari sini. Dan, kamu boleh memilih bintangmu nanti.. sama seperti yang
biasa dia lakukan dulu..” Cleon terpekur menatap langit. Angin berhembus,
memainkan anak rambutnya. Cleon terdiam, seperti meyimpan sesuatu. Aku
menatapnya sedih.
Kualihkan
pandanganku ke sebelah kananku. Ada sebuah pohon besar di sana. Dan.. sebuah
ayunan tua. Mungkin, itu juga tempat bermainnya Cleon dan ‘dia’ dulu? Ahh..
sepertinya Cleon sangat menyangi orang itu. Aku bahagia sekali, andaikan Cleon
bisa bertemu lagi dengan seseorang itu.
“Dan... aku
ingin tahu Val. Kenapa kau tadi seperti orang yang sedang ditimpa masalah? Ada
apa denganmu Val? Kamu ada masalah...?” tanya Cleon mengalihkan pandangan ke
arahku. Aku tersenyum, dan menggeleng.
“Aku tidak
yakin.. ini bisa disebut masalah..... hanya saja, sekarang aku sedang rindu
akan seseorang.. yang, aku juga tidak tahu pasti siapa dia..” ujarku kecil.
Cleon menatapku penasaran.
“Siapa orang
itu? sepertinya sangat berarti buatmu ya??”
“Hm.....aku
tidak tahu. Ahh.. itu bukan masalah, sebenarnya. Aku hanya rindu pada dia.
ya... aku rindu Zandra..” gumamku secara tidak sadar. Mata Cleon membulat.
“Kamu...
kamu bilang apa tadi??” tukasnya yang refleks mendesak wajahku untuk menoleh ke
arahnya. Aku menatapnya heran.
“Bukan
apa-apa.. sesuatu yang.....tidak penting..” lanjutku. Cleon sepertinya tidak
puas dengan jawabanku. Tapi ia hanya bungkam. Menyimpan sejuta penasarannya.
# # # # #
Aku
termenung menatap langit-langit kamarku. Kenapa tadi aku mengatakan itu? apa
maksudku mengatakan kalau aku rindu Zandra? Padahal setauku aku tidak pernah
bertemu lansung dengan Zandra. Dan aku juga tidak tahu siapa dia sebenarnya.
Aku hanya pernah menemukan dia beberapa kali di dalam memoriku.
Dorongan
kuat dari dasar hatiku, membuatku lagi-lagi membuka laci meja itu. mengambil
selembar foto yang ada di sana, dan mendekapnya dengan kedua belah jemariku.
Rasanya seperti melihat diriku yang berada di dalam foto ini.
Dan entah
mengapa, tiap usai kutatap foto ini, segala kerinduan yang merayapi hatiku
lepas begitu saja. Tanpa kumengerti bagaimana.
Kamu tahu? Aku mendapatkan foto ini di dalam
lemari berkas perusahaan milik bunda. Tersimpan rapi di dalam sebuah map rumah
sakit. Yang kutahu, itu adalah rumah sakit besar milik keluarga Vladi. Paman Andrian
adalah kepala rumah sakit di situ. Yang kuherankan, kenapa ada foto itu dalam
berkas perusahaan? Kenapa bunda sengaja menyimpan foto itu?
Tanpa
sepengetahuan bunda, aku mencuri foto ini dari sana saat di suruh merapikan
lemari itu. Satu lagi. Di sudut kiri foto, tertera bahwa dua bayi itu adalah
anak tuan Robert. Setiap melihat nama itu, aku teringat pada dua anak kecil
dalam memoriku. Entah mengapa.
# # # # #
Dengan
setengah berlari, aku menuju tempat yang biasa kududuki di tempat ini. Entah
aku sedang bermimpi atau apa, aku cinta mati dengan tempat ini. Tempat yang
jauh lebih dulu kukenal sebelum bukit bintang. padang rumput.
Seperti yang
kuharapkan, aku bertemu lagi dengan pangeran itu. dia menoleh saat kupanggil.
Dan, dia tersenyum! Aku hampir membeku saat itu. waww... dia sangat tampan saat
tersenyum. Walaupun hanya sekejap sih..
“Kamu siapa
sebenarnya? Kenapa kita sering sekali berjumpa ya? Tolong bilang dong... ”
tanyaku memaksa.
“Sesuatu di
langit itu..... kamu sudah tau apa?” tanyanya balik tanpa menjawab pertanyaanku
tadi.
“Aku tidak
tahu. Tapi, seseorang sempat menceritakan tentang langit padaku. “ jawabanku,
sontak membuatnya tersenyum puas.
“Jadi,
setidaknya kamu sudah sedikit tahu....tapi, apakah kamu betul-betul tidak ingin
berusaha untuk tahu lebih jauh lagi? Aku... aku ingin kamu kembali lagi ke
dalam kehidupanku.. ahh..”
# # # # #
Sudah empat
hari ini aku absen ke sekolah. Penyakitku tidak bisa diajak kompromi. Dan tentu
saja, aku sama sekali tidak memberitahukan kepada keluargaku tentang
penyakitku. Aku hanya mengatakan pada mereka, kalau aku tidak enak badan.
Padahal,
sekuat tenaga aku berusaha menyimpan rasa sakit ini. Agar tidak diketahui
seorangpun di keluargaku. Dan semua berjalan baik-baik saja. Setidaknya, untuk
dua bulan terakhirku.
Hm.. sudah
dua kali, aku check in ke rumah sakit bersama Joey. Tentu saja secara
diam-diam. Walaupun aku tahu, cepat atau lambat keluargaku akan tahu tentang
penyakitku. Secerdik apapun aku menyimpan rapat-rapat tentang rahasia
terbesarku ini.
From:
EvilCleon
kapan
kamu kembali ke sekolah, Val? Di sekolah sepi sekali.....
oh
ya, aku akan ikut turnamen basket dua minggu lagi.
Sekarang
aku sangat sibuk latihan..
jadi
maaf kalau belum sempat menjengukmu...
get
well soon... ;)
Aku
tersenyum membaca short messege darinya. Kukira dia sudah lupa padaku. Ternyata
tidak. Pastinya, empat hari tanpa Cleon sangatlah membosankan bagiku.
# # # # #
“Ethan, Val,
bunda dan ayah berangkat dulu... jaga diri kalian baik-baik! selama seminggu
kedepan, James dan Ray akan membantu kalian di rumah...” tukas bunda.
Bunda dan ayahku
akan berangkat subuh ini ke Prancis selama seminggu untuk urusan bisnis. Kami
akan tinggal bersama dua asisten ayah selama seminggu kedepan.
Aku
mengangguk dan melambai ke arah ferarri hitam yang mulai berlalu itu. Tinggal
aku dan Kak Ethan yang berdiri di depan pintu rumah kami. Kak Ethan melirik ke
arahku. Aku masih menatap lurus, ke arah jalanan yang telah sepi. Sebenarnya,
kalau boleh meminta, aku ingin tidak ada yang pergi dari sisiku. Setidaknya
untuk dua bulan ini.
“Val.. ayo
masuk kedalam. Kamu akan kedinginan kalau terus berdiri disitu. Kamu sedang
sakit kan?” ujar Kak Ethan kemudian menarik lenganku untuk masuk. Aku hanya
menurut saja.
“Sekarang,
makan dulu. Hari ini tidak usah masuk sekolah saja kalau belum baikan.” Kak
Ethan mulai merapikan dasinya. Aku tau, ini pertanda kalau Kak Ethan akan ikut
rapat perusahaan hari ini. Dan artinya, aku akan sendiri di rumah.
“Jangan
pergi kakak.... tolong..jangan pergi...” tuturku sambil menatap memelas ke arah
Kak Ethan. Kak Ethan menatapku heran.
“Iya...
kakak tidak akan jauh-jauh dari sisimu kok.. tenang saja Val” sahut Kak Ethan
sambil tersenyum lebar yang kubalas dengan tersenyum pahit.
# # # # #
Rumah sepi. Kak
Ethan pergi ke kantor, sesaat setelah aku masuk kamar untuk mandi. Tak
kehabisan akal, kukenakan seragam sekolah berbalut jaket abu-abu. Aku tahu,
beberapa jam lagi sekolah akan usai. Dan itu yang kutunggu. Aku ingin bertemu
mereka.
Tanpa
memberitahu dahulu kepada dua asisten bunda, mobil swift putih milik bunda
kusetir sendiri ke sekolah. Dengan keadaan badanku panas dingin dan kemungkinan
besar akan limbung sewaktu-waktu. Tapi aku tak peduli. Toh, kalaupun tidak
ketabrak, hidupku juga bakal tidak begitu lama lagi.
# # # # #
Sekolah
sunyi. Tidak kutemukan sosok Cleon di sana. Tidak pula dengan Charis. Walaupun
masih cukup banyak murid yang berlalu lalang, yang kucari hanya keberadaan dua
orang itu. kutanyai seluruh murid kelasku yang kebanyakan menjawab tidak tahu.
“Hm...
Cleon?? Dia sudah izin dari jam kedua tadi.. sepertinya akan turnamen basket..
hari ini kan tanding untuk tingkat kota. Charis? Aku tidak tahu....” ujar salah
seorang murid perempuan di kelasku. Segera, kuarahkan kemudi mobilku menuju
gedung olahraga di tengah kota.
# # # # #
Mobilku
memasuki pelataran Gedung olahraga itu. Kututup pintu mobil perlahan. Saat akan
melangkah masuk ke dalam gedung itu, hpku berdering keras.
Ada
panggilan masuk tertera di layar hp-ku. Awalnya tidak begitu kupedulikan.
Sampai kusadari, kalau ternyata nama kakak lelakiku yang tertera di sana.
“VAL!! Kamu
dimana?!?? Kenapa menyetir sendiri?? Ray menelponku tadi, kamu tidak minta izin
padanya saat keluar dari rumah. Membawa mobil bunda lagi! Aduh...dik.. aku khawatir
sekali,, tolong pulang sekarang ya...!” seru Kak Ethan. Terdengar nada khawatir
dari suranya. Aku tercekat. Beberapa langkah lagi sebelum aku bisa bertemu
dengan Cleon...
“Tapi
kakak..aku...aku”
“Tolonglah
Val... pulang ya? Demi aku.. kumohon... aku takut kamu kenapa-napa” ujar Kak
Ethan dengan suara memelas yang membuatku luluh.
“Baiklah kakak...
maaf sudah membuat khawatir kakak... aku tahu kakak sedang sibuk sekarang,
terima kasih sudah sempat mengkhawatirkanku..” dan klik. Panggilan kuputuskan.
# # # # #
Seperti yang
telah kuduga. Sesampaiku di rumah, James dan Ray telah menungguku di depan
teras. Dengan ekspresi gemas, mereka merepetiku habis-habisan. Aku hanya
mengerucutkan bibirku dan pasang muka tak bersalah.
“Uncle...
aku kan hanya ingin menonton turnamen basket.. masa’ tidak boleh?” sanggahku
ngotot membenarkan kelakuanku.
“Kamu bisa
menyuruh kami mengantarmu. Tidak dengan menyetir sendiri begitu. Kamu kan
sedang demam... kalau kambuh nanti bagaimana?” sela James menegurku.
“Tapi... aku
tidak ingin merepotkan kalian. Ah..Sudahlah. Toh, aku sudah kembali. Maafkan
aku kalau begitu... aku tidak akan mengulangi lagi..” tuturku sambil menunduk.
“Baiklah...
tidak masalah buat kami. Sekarang makan siang dulu. Jangan lupa minum obatmu
setelah itu..” sahut Ray lalu tersenyum. Aku balas tersenyum dan mengangguk.
# # # # #
Setelah
selesai menghabiskan makan siangku, aku bergegas ke atas. Saat melewati kamar Kak
Ethan, langkahku terhenti. Tumben, pintu kamarnya tidak tertutup? Dengan
sedikit mengendap-endap, aku masuk ke kamar bernuansa hijau itu.
Seperti
biasanya, kamar itu tertata rapi. Dengan beberapa furniturenya yang bisa
dihitung dengan jari. Aku duduk di atas kasur Kak Ethan. Melihat-lihat ke
sekeliling kamar tersebut. Hm.. selera kamar yang bagus untuk seorang cowok.
Rapi lagi..
Dua lemari besar tertata di sudut kamar.
Kutebak salah satunya adalah lemari sepatu dan dasi kepunyaannya. Kalau tidak,
dimana dia bisa menyimpan koleksinya yang sebanyak itu? sebuah Tv, computer, cd
player, ac, Telpon dan.. kamar mandi. Wah... ternyata kamarku tidak lebih
simple dari kamar kakak satu-satuku ini. Barang-barang kamarnya sangat sedikit
dibandingkan aku.
Kualihkan
pandanganku ke arah lemari buku kecil di dekat meja TV. Ada beberapa buku di
sana. Salah satunya, sebuah album foto besar. Dan seperti biasa, aku tidak bisa
menahan sifat penasaranku untuk tidak mengambil album itu dari tempatnya.
Lembaran
pertama album.
Terlihat
saat aku baru pertama kali masuk SMP dan Kak Ethan baru saja masuk SMA. Dan
tentu saja, wajah Bunda dan Ayah lima tahun yang lalu. Aku tersenyum
membayangkan saat-saat itu. saat aku mulai memasuki fase dimana aku dipanggil
remaja.
Saat itu,
aku ingat bagaimana senyum Charis sewaktu menyambut uluran tanganku di sekolah.
Dengan malu-malu mencoba berkenalan dengannya. Saat Kak Ethan belum diizinkan
mengendarai mobil ke sekolah. Setiap hari kakakku itu menungguku di depan
gerbang dengan cagiva merahnya. Kuakui, aku rindu saat-saat itu. kubalik
lembaran selanjutnya.
Apa ini? Aku
perlu penjelasan. Secepatnya. Kupanggil nomor seseorang yang ternyata masih
tidak aktif sampai detik ini. Tanpa membuang waktu, aku bergegas mencari cara
untuk kabur dari dua asisten orang tuaku itu.
# # # # #
Terpaku aku
berdiri di teras rumah besar ini. Ragu untuk sekedar mencoba mengetahui apakah
penghuninya ada di dalam. Akhirnya kupaksakan juga jemariku untuk memencet bel.
Tak lama berselang, keluar seorang wanita muda cantik. Tersenyum ramah padaku.
“Hm... aku
teman sekelas Cleon tante... bisakah aku bertemu dengannya..?” tanyaku. Wanita
di depanku tampak berpikir sejenak.
“Ng...Cleon
belum pulang dari tadi. Tapi, sepertinya ia akan pulang tak begitu lama lagi.
Kamu tunggu saja di dalam nak...” sahut sang wanita kemudian mempersilahkanku
untuk masuk. Dengan canggung, aku masuk juga ke dalam rumah beraksitektur eropa
itu. uufft.. ibu Cleon begini ramahnya. Kenapa bisa punya anak seperti itu ya??
“Duduk dulu.
Kamu temani tante ngobrol saja... akhir-akhir ini sepi sekali di sini.. oh ya,
sebentar. Kamu mau minum apa? Biar disiapkan”
“Terserah
tante saja.. asalkan tidak merepotkan tante..” jawabku.
“ Prisca,
tolong bawakan segelas jus dingin ya..”
“Baik
nyonya..” sahut seseorang bernama Prisca itu.
“Nyonya...
nyonya Eve datang berkunjung.. sekarang beliau sedang di ruang tamu..”
“Nak, kamu
bisa tante tinggal sebentar ya? Ada sedikit urusan sebentar..” aku mengangguk.
Sepeninggal
ibu Cleon tersebut, aku duduk dan melirik ke meja di sampingku. Meja yang penuh
dengan koleksi foto-foto keluarga Cleon. Merasa tertarik, kulangkahkan kaki
mendekat ke arah meja kayu tersebut.
“Nona, ini
minumnya...”
“Ah...
jangan dipanggil nona, Val saja...” kilahku. Sang pelayan tersenyum.
“Oh ya,
apakah ini tuan Terrence?”
“Ya.... dan
istrinya, nyonya Rekha..”
“Cleon anak
satu-satunya nyonya Rekha?” tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku sedikitpun
dari foto-foto itu.
“Setau saya,
nyonya tidak memiliki anak. Tuan muda Cleon sebenarnya adalah anak kakak
iparnya. “ jawab sang pelayan yang mebuatku tercenung.
“Lalu..? “
“Saya tidak
tahu pasti bagaimana. Katanya, Cleon diangkat anak oleh mereka karena kedua
orang tuanya meninggal saat kecelakaan beberapa tahun lalu. Dan sepertinya, dia
juga tidak menyandang marga Terrence di namanya.. ah.. tidak begitu pasti.”
Aku mangut-mangut.
Kembali melirik gambar dibalik bingkai tersebut. Sebuah foto memamerkan sebuah
pesta ulang tahun.
“Itu foto
tuan muda saat ulang tahunnya yang ke 14, tanggal 17 Maret dua tahun lalu..”
jawaban yang sempat membuatku mendelikkan mata. 17 Maret katanya? Kenapa bisa
sama denganku? Pandanganku kualihkan ke foto di sebelahnya.
“Ohh.. itu
foto yang katanya diambil seminggu sebelum kecelakaan yang merengut nyawa
keluarga Cleon. Katanya Cleon dulu punya saudara perempuan. Dan, setelah
kecelakaan itu dia tidak lagi memiliki saudara perempuannya itu. ah...padahal
gadis itu sangat cantiik..”
Mendengar
penjelasan pelayan itu, lekas aku pamit dan menitipkan salamku untuk tante
Rekha. Aku betul-betul tidak tahu mau bertindak apa sekarang. Tentang foto
tadi... aku sama sekali tidak bisa mempercayai penglihatanku sendiri.
Kamu tahu? Mataku
tak mungkin salah mengenali sosok gadis itu. Jelas-jelas gadis yang duduk di
samping Cleon itu adalah aku! Ya...! aku yang tidak jauh beda dari foto di
dalam album Kak Ethan. Dan tentunya, aku sangat mengenali wajahku di situ. Yang
tidak bisa kupahami, kenapa bersama Cleon? Apa dia...??
# # # # #
“Saat itu
gerimis. Ada pasien baru yang masuk ke rumah sakit ayahku. Pasien kritis.
Sekeluarga yang baru saja kecelakaan. Waktu itu aku hanya menatap kasihan dari
bangku ruang tunggu. Saat para pasien kritis itu melewatiku. Salah satunya,
kamu..” jelas Vladi.
Dia sama
sekali tidak dapat berkutik saat kutanyakan apakah aku mirip dengan Cleon.
Kembali kutanyakan apakah nama marga asliku adalah Robert. Vladi benar-benar
tersudut setelah sebelumnya kukatakan ingin bertemu dia di cafe ini.
“ Ya... kamu
yang saat itu dikira telah meninggal saking tenangnya keadaanmu...Beberapa saat
setelah itu, datang keluarga pamanku, paman Josephine. Bersama, tentu saja kamu
tahu... kakak lelakimu, Ethan Josephine.”
--- Flashback ---
“Kak...
ada beberapa pasien kritis lho tadi...” ujar Vladi sambil menunjuk ke arah
iringan menuju ruang gawat darurat.
“Oh
ya?”
Vladi
dan Ethan mengintip dari luar jendela kaca tersebut. Terlihat para dokter
mendesah pasrah.
“Tidak
bisa diselamatkan. Bagaimana perempuan kecil itu? kita pindahkan saja ke ICU.
Sepertinya masih bisa ditolong..” dan iringan para manusia berbaju putih itu
berpindah ke ruang di sebelah timur itu.
Setelah
beberapa jam, terlihat dokter-dokter tadi mulai meninggalkan ruangan ICU
tersebut.
“Bagaimana
keadaan gadis tadi? Sepertinya dia terserang amnesia karena benturan. Luka di
kepalanya parah sekali. Tapi, belum bisa kita pastikan. Apakah ada kerabat
mereka yang telah datang?” dan para dokter itupun berlalu.
‘klek’
dua bocah lelaki itu membuka pintu ruang ICU. Terlihat seorang gadis sedang
tertidur di sana. Tenaaangg... sekali. Mereka berjalan ke arah sisi sebelah
kanan gadis tersebut.
“Cantik
sekali... “ gumam Vladi ke arah Ethan yang tak kalah terpana. Keinginannya
selama sepuluh tahun ini untuk memiliki seorang adik datang kembali. Kali ini
lebih kuat.
“Dia...”
ucapan Ethan terputus saat melihat sang gadis mulai menggerakkan jemarinya. Dan
perlahan, membuka matanya.
“Kakak...”
ujarnya kecil sambil menatap Ethan yang terpaku.
--- Flashback end ---
“Sejak hari
itu, kak Ethan memaksa orang tuanya untuk membawamu pulang ke keluarga mereka.
Dan mengangkatmu menjadi anak. Bundanya tidak tega melihat dia yang memohon
berkali kali dengan ekspresi yang sangat memelas sekali. Akhirnya, orang tua
Ethan meminta izin untuk mengangkatmu menjadi anak pada ayahku. "
"Karena
seperti yang telah diketahui bahwa dua orang tuamu tak terselamatkan, saudara
lelakimu kritis, dan kamu yang dalam keadaan amnesia, ayahku mengizinkan. Tak
disangka, beberapa hari setelah kepergianmu dari rumah sakit, saudaramu sadar.
Dia mencari kamu. “
“ aku ingat
teriakan khawatirnya waktu itu, ‘Zelia.... kakak masih hidup.. kamu dimana?’.
aku sampai tak tega melihat ekspresi gundahnya. Dan kami terpaksa berbohong
dengan mengatakan kamu juga tidak terselamatkan dan telah menyusul orang tuamu.
kakakmu seketika ambruk dan tercengang. Dan ejak hari itu juga, dia diboyong
oleh keluarga adik kandung ayahnya. Kalau tidak salah, keluarga tuan Terrence..
”
nafasku
tercekat. Kalau begitu... anak itu, selama ini anak itu betul-betul masuk
kembali ke dalam kehidupanku..
“Ethan sangat sayang kepadamu. Kamu diperlakukan
seperti adik kandungnya sendiri. Menjaga, bermain, menghiburmu.. ah,
sampai-sampai aku iri setengah mati waktu itu. sudah tujuh tahun sejak kejadian
itu, tiba-tiba baru-baru ini kak Ethan menghubungiku. Dia kelihatan sangat
kaget saat itu. dan, dia mengatakan kala dia sudah bertemu dengan Zandra,
saudara lelakimu yang saat itu dikiranya telah meninggal. Di... sekolahmu. Saat
menjemputmu suatu hari sewaktu pulang sekolah..”
setengah mati kutahan aliran hangat yang ingin
mendobrak pelupuk mataku. Padahal sebenarnya aliran itu sangat ingin berebut
untuk segera keluar.
# # # # #
Hampir dua
jam aku menangis di sini. Di bukit bintang. Menumpahkan segala rasa sesak yang
mengimpit hatiku. Berusaha mencari kekuatan untuk menerima segalanya. Tapi,
kenapa harus sekarang Tuhan? Kenapa saat aku tinggal di beri sisa waktu tidak
lebih dari dua bulan lagi?
“Val... kamu
di sini ternyata...” suara itu. suara yang kurindukan selama enam belas tahun
ini. Lelaki itu kemudian duduk di sisiku. Tepat di sebelah aku yang menutup
muka dengan kedua belah tanganku dan terisak.
“Tadi kenapa
tidak bilang-bilang datang ke rumahku? Padahal tidak lama setelah itu aku balik
lho..” ujarnya dan memiringkan kepalanya agak ke kanan ke arahku. Aku tetap
terisak dan tidak menyahut perkataannya.
“Kenapa kamu
sampe nangis sih Val? Kamu diapakan tanteku tadi di rumah?”
“Ti..tidak..
hiks..” jawabku tergugu.
“Lalu...?”
“Aku...
hiks.. aku kangen seseorang lagi.. hiks.. “ gumamku sambil mengusap kedua belah
pipiku.
“Ah... siapa
sih orang itu? aku iri berat sama dia lho.. kamu bisa menangis seperti ini
hanya karena rindu padanya? “ ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Aku..,
rindu pada saudara lelakiku. Kami terpisah beberapa tahun lalu. Karena kecelakaan.
Aku menyesal penyakitku membuatku lupa akan keberadaannya. Tapi, dia selalu
sukses mengusikku di dalam mimpi-mimpiku. Aku.. aku ingin bertemu dia Cleon!
Tolong aku Cleon..! Aku ingin ketemu Zandra!!” seruku histeris, sebelum
akhirnya tangisku pecah kembali. Cleon membeku ditempat. Kedua bola matanya menatapku
lurus-lurus, terlihat jelas kalau ia tidak percaya.
“Kenapa?
Kenapa Cleon?? Kamu tidak pernah bilang kepadaku kalau kamu berasal dari
keluarga Robert! Keluarga Samuel Robert!! “ teriakku ke arahnya.
“Jadi, kamu Zelia?
Tidak.. jangan bohongi aku. Zelia sudah tidak ada. Dia meninggal saat
kecelakaan itu, tidak..tidak.” sahut Cleon menggeleng-gelengkan kepala tidak
percaya
“Aku Zelia. Zelia
Phedra Robert. saudara perempuan Zandra yang lahir bersamaan dengannya 17 Maret
enam belas tahun lalu. Takdir membuat namaku berubah menjadi Valerie. “ kini
Cleon mulai tergugu. Aku memeluknya erat.
“Zandra...
aku rindu kamu, rinduuuu banget. Aku tidak menyangka kita bisa bertemu lagi
dengan cara seperti ini. “ tuturku. Perlahan, Cleon membalas pelukanku.
“Aku juga
tidak percaya. Kukira setelah kecelakaan itu aku tidak pernah bisa lagi bertemu
Zelia. kukira Zelia telah pergi bersama bunda dan ayah. Meninggalkanku sendiri.
Terpuruk dalam bayang masa laluku. Tapi, aku tau Zelia belum pergi. Aku selalu
menemukan dia masuk ke dalam mimpi-mimpiku. Terima kasih, Zel..” sahutnya
lembut. Setelah itu, aku melepas pelukanku pelan.
Kutatap
wajah orang terkasih yang kurindukan beberapa tahun ini. Wajah satu-satunya
keluarga yang aku masih punya. Ya, tinggal satu-satunya yang kumiliki di
hidupku.
“Tolong...
jangan pergi lagi... Zelia.. janji padaku ya?” ujarnya sambil mengenggam erat
jemariku. Aku mengangguk ragu. Maaf Zandra. Maaf... sepertinya tidak mungkin
bisa. Maafkan aku, tidak bisa berada di sisimu lagi setelah dua bulan terakhir
ini.
‘deegg’
goncangan terasa kembali di hatiku. Jantungku bekerja berjuta kali lebih cepat.
Sesuatu yang kental mulai mengalir di hidungku. Sesuatu bewarna merah
kehitaman. Dengan gelagapan, kututup hidungku dengan jari-jariku. Tidak
membiarkan darah itu terlihat oleh Cleon.
Terlambat.
Dia sadar akan itu. dan, sama seperti orang-orang yang tahu tentang ini
sebelumnya, dia juga memaksaku pergi ke tempat menyeramkan itu. aku menggeleng.
Akhirnya, dengan terpaksa Cleon menyeretku untuk ikut bersamanya.
“Tolong
jangan bawa aku ke sana. Aku tahu Zandra, bagaimanapun caranya, penyakit itu tidak
bisa diobati! Kecuali... yah, bila ada orang yang berbaik hati.. ah... lupakan!
Pokoknya aku tidak mau ke rumah sakit itu!!” teriakku di dalam mobil Cleon.
Cleon menatapku dan tersenyum.
“Jika ada
harapan, kenapa kita tidak mencoba memeluk harapan itu? walaupun ada
kemungkinan ia akan lepas dari pelukan kita... setidaknya, dia sempat
memberikan kehangatan saat kita memeluknya. Mau ya Zelia?” aku terdiam.
# # # # #
“Zelia...
kita sudah sampai... Zelia?” Cleon menggoyang tubuhku yang tertidur. Aku ambruk
ke sebelahnya. Cleon sigap menangkap tubuhku yang ternyata pingsan. Darah
mengalir tak berhenti dari hidungku. Apakah suatu saat ia akan berhenti
mengalir? Dan.......... Apa yang akan terjadi saat itu?
Cleon
membopongku ke ruangan periksa. Dan, aku tak tahu seterusnya apa yang terjadi.
Sempat kulihat tatapan khawatirnya dari sudut mataku yang masih setengah sadar.
# # # # #
Lagi-lagi
aku terisak. Kali ini di grassland dalam dunia mimpiku. Aku takut... takut..
sekali. Aku taku kehilangan Zandra yang baru kutemukan kembali.
“Uhh...
nangis lagi ya?” Tanya seseorang yang tiba-tiba datang. Pangeran itu lagi.
“Aku tidak
suka melihat kamu menangis... entah kenapa, kalau kamu menangis, dadaku akan
sesak. Kapanpun itu..” aku menoleh ke arahnya dengan mata sembab. Dia menatap
lurus ke depan. seakan mencermati sesuatu. Aku terdiam. Dan ikut menatap lurus
ke depan.
“Kalau
begitu... beritahu padaku. Alasanmu menangis lagi.”
“Aku...
takut mati. Ya, aku takut kehilangan seseorang. Seseorang yang baru kutemukan
setelah belasan tahun ini. Takut...sekali.”
“Kamu sudah
bertemu dia? aku senang sekali..” ujarnya. Masih menatap ke depan. tapi kini
ada perubahan dari binar di matanya.
“Ya. Tapi
aku memang orang paling sial. Dan kesialanku akan bertahan lama. “
“Tidak. Kamu
beruntung. Dan keberuntunganmu itu sangat besar. Tahukah kamu? orang itu juga
takut kehilangan kamu. tapi, resiko mencintai seseorang adalah, siap menerima
kehilangan akan orang yang dicintai itu. kalau tidak begitu, jangan pernah
mencintai seseorang. bagaimana menurutmu?” aku mendesah. Kalau untuk itu aku
sangat-sangat belum siap.
“Jika memang
begitu? Apakah ada hal lain yang dapat kulakukan? Aku...... harus menerima itu
semua kan? ” tanyaku kemudian tersenyum tipis. Sang pangeran mengangguk dan
merangkulku erat.
“Kalau
begitu, sekarang kamu bisa merelakan jika salah satu dari kalian suatu saat
pergi kan?” tanyanya. Aku mengangguk ragu.
# # # # #
Lagi-lagi
ruangan putih-putih itu. Aku masih belum mau membuka kelopak mataku. Belum siap
melihat keadaan dunia yang sudah beberapa hari ini kutinggal. Sudahlah, kamu
tidak akan bisa melihatnya lagi setelah ini. Ini kesempatan terakhir Zelia!
“Dia
sadar...! operasinya berhasil...!! keluarga Valerie Josephine... anak anda
telah berhasil melewati masa kritis..” kenapa mereka sehisteris itu? apa yang
terjadi denganku??
“Val...
kakak khawatir sekali... bunda dan ayah lansung kembali dari Prancis setelah
dikabarkan kalau kamu masuk rumah sakit..”
“Cleon...
dimana Cleon kakak?”
“Kamu
tenangkan diri saja dulu... jangan berpikir yang lain untuk sementara ini..”
“Dimana
Cleon, kakak...!!??!”
# # # # #
Oke. Kuakui.
Kamu sangat bodoh Zandra. Kenapa kamu berbuat seperti ini? Padahal, kamu sudah
memintaku untuk tidak pergi. Kenapa kamu yang kini pergi? Jangan bercanda Zandra!!
“Dia...
kecelakaan saat akan mengabarkan berita bahwa kamu masuk rumah sakit kepada
kami. Di perjalanannya menuju rumah kita. Saat itu, pesan yang sempat dia
sampaikan hanya... mendonorkan hati dia untukmu..” kamu bodoh Cleon! Kamu
betul-betul bodoh!! Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menghalangiku pergi. Tapi
kini? Kenapa kamu??
“Cleon....!!
jangan pergi... jangan kumohon, aku butuh kamu!!” teriakku di sisi makam itu. Makam
berukirkan nama Zandra Phalosa Robert di atas permukannya. angin bertiup
tenang. Membawa suaraku terbang tinggi, ke langit. Ke tempat dia berada. Kak
Ethan memelukku erat. Tidak membiarkan kesedihan hancur meruntuhkanku.
“Tenang Val...
masih ada kakak..” aku menggeleng keras. Baru beberapa hari lalu aku tahu kalau
dia adalah Zandra yang kucari. Kenapa cepat sekali berlalu?
“Dia
menyayangimu Val... Cleon tidak akan senang melihatmu terus-terusan begini..”
aku terdiam. Kututup mata perlahan. Menghirup udara yang sempat mampir di
relungku.
Tenang...
sekali. Kurasakan kali ini. Darah dia juga mengalir di diriku. Ya, bisa
kurasakan kehadiran ia di jiwaku. Hangatnya senyumnya, segala perasaan sayang
dia, terasa dekaat sekali.
Seakan tahu
perasaanku saat itu, gerimis turut terluka sesuai yang dirasakan hatiku.
Perlahan, jatuh di pelupuk mata. Kulangkahkan kaki, meninggalkan makam itu.
meninggalkan dia di sana. Sendiri. Maaf.... Maafkan aku Zandra...
# # # # #
“Ah... Zelia.
tante sudah lama menunggumu kembali. Apakah Zandra sudah memberitahumu? Kalau
begitu, silahkan masuk saja. Kamar dia di sebelah kanan, ruang ketiga.” Aku
mengangguk.
‘klek’ pintu
ini terbuka. Dan seketika, aku merasa segala kenangan menyeruak keluar.
Kulangkahkan kaki memasuki kamar dia. tempat dia masih tertidur aman di sini
sebulan yang lalu. Tante Rekha menyuruhku untuk bermain lagi ke rumahnya. Ke
ruangan khusus milik Cleon ini.
Aku duduk di
kasurnya. Kualihkan pandanganku ke sudut kamar. Benda itu masih di sana. Benda
yang beberapa bulan yang lalu ingin kuketahui apa isinya. Kuraih benda itu dari
tempatnya. Sebuah diari.
Sekuat
apapun angin berhembus... membawa terbang segala yang ada di dekatnya, jangan
biarkan senyummu turut serta mengiringi terbangnya ia.. karena, sekali itu
terjadi, kamu akan kehilangan satu warna pelangi di hidupmu.. ;)
“Bagaimana
kalau angin itu kamu Zandra? Apakah aku juga tidak boleh mengikutimu terbang?
Bawa aku terbang bersamamu Zandra! Aku janji akan selalu di sisimu...!”
Rindu
akan warna pelangi... semalam ia paksakan diri menjemput gerimis di tengah
gulita. Walau begitu, selalu kutanya diriku, masih bisakah aku melihat
pelangiku besok?
“Maafkan
aku, Zandra. Membuatmu tidak bisa melihat pelangi lagi hari ini..”
“Bodoh... !
kamu masih tetap bodoh ya Zel?” hah? Suara itu..? lekas kutolehkan wajahku ke
sudut ruangan. Tidak ada siapapun di sana. Jadi siapa??
“Pelangi itu
adalah kamu...! masa’ kamu nggak nyadar sih?” Lagi-lagi, suara dia datang lagi.
Ahh.. sekarang aku sadar. Dia masih ada di hatiku. Dia tetap hidup di dalam
jiwaku. Menjadi bagian dari ragaku. Tidak pernah pergi. Kutatap lagi sudut
ruangan itu. sekarang, aku sadar. Di sana ada grand piano milik Zandra. Yang
sebelumnya pernah kumainkan bersamanya.
Tiba-tiba
seakan melihatnya hidup kembali. Kulihat ia di sana. Duduk di sisi pianonya,
tersenyum ke arahku.. memainkan sebuah lagu. Lagu yang dari dulu sering ia
mainkan. Diiringi gitar bodohnya. Saat menghabiskan waktu bersamaku di taman
belakang sekolah. Dan seketika, tangisku pecah.
♪I saw an angel.
Of that I'm sure.
She smiled at me on the subway.
She was with another man.
But I won't lose no sleep on that,
'Cause I've got a plan.
You're beautiful. You're beautiful.
You're beautiful, it's true.
I saw your face in a crowded place,
And I don't know what to do,
'Cause I'll never be with you. ♪ (James Blunt – You’re Beautiful)
Of that I'm sure.
She smiled at me on the subway.
She was with another man.
But I won't lose no sleep on that,
'Cause I've got a plan.
You're beautiful. You're beautiful.
You're beautiful, it's true.
I saw your face in a crowded place,
And I don't know what to do,
'Cause I'll never be with you. ♪ (James Blunt – You’re Beautiful)
# # # # #
Di sinilah
aku. Tempat dimana manusia biasa pergi dan kembali. Tapi tujuanku kali ini
adalah, pergi.
“Penumpang
pesawat, tujuan Jerman waktu penerbangan pukul 9 pagi, diharapkan..” kugendong
tas selempangku. Memasuki pesawat itu. meninggalkan segala kenangan selama enam
belas tahun.
Pergi. Pergi
jauh. Dan, belum berniat untuk kembali. Terlalu banyak kenanganku di sini.
Aku tidak
bisa terus berada di sini saat setiap hari harus kurasakan kehadiran dia.
bangku kosong miliknya di kelas, sapaan dia saat bertemu denganku di kebun
belakang, gitar bodohnya yang kini menjadi barang paling berharga buatku.
Segalanya.
# # # # #
Jerman, 9
Januari 2008.
Tak terasa,
dua belas musim berlalu. Kini saatnya menyambut mekarnya bunga-bunga di musim
semi tahun ini. Kulangkahkan kaki keluar dari Universitas Hamburg.
Tempat
pelarianku selama tiga tahun ini. Tapi, sejauh apapun aku berlari menjauh, aku
sadar. Bayangannya tetap hadir di jiwaku. Melekat erat. Karena seperti yang
kalian tahu, darahnya mengalir dalam darahku. Bersatu dalam setiap pacuan
nafasku.
Di tepi jalan,
mataku dimanjakan dengan mekarnya segala jenis tumbuhan. Segalanya seperti
berlomba untuk memekar. Tidak dengan hatiku. Tetap ada yang hilang di sana.
Kosong. Tak tergantikan.
Tes..tes...
titik-titik air itu kembali jatuh di pelupuk mataku. Sama seperti tiga tahun
lalu. Hadir kembali memekarkan memori indah saat itu. ahh.. hujan ya?
Makin lama,
ritme jatuhnya tetesan itu semakin cepat. Membuatku akhirnya memperlambat
jalanku. Menikmati saat ini. Walaupun aku basah sekalipun.
Berhenti?
Kenapa tiba-tiba tetes itu berhenti? Kuangkat wajahku ke atas. Ada sebuah benda
yang menaungiku.
“Sudah dua
tahun ya, Val. Tapi.. kamu masih saja suka sama hujan. Tidak takut sakit apa?”
Sosok itu.
kakak lelakiku tersayang. Hadir di sini. Menemaniku nikmati sepi di tengah
rinai hujan ini. Dan... kumohon. Tidak ada lagi yang pergi. Cukup dia. ya..
cukup dia.
There it goes, up in
the sky
There it goes, beyond
the clouds
For no reason why
I can't cry hard
enough
No, I can't cry hard
enough
For you to hear me now
(Can’t Cry Hard Enough
– William Brothers)
_The End_
Langganan:
Postingan (Atom)