Kamis, 27 April 2017

Selepas Kepergianmu


Pagi.
..
..
Siang,
..
..
Sore,
..
..
dan Senja menuju malam (lagi)

Aku masih disini.
Masih tidak bosan untuk menghitung senja (yang kesekian kali)
Dan... Ah.
Telah genap setahun ternyata.
Satu tahun yang kerapkali ingin kutangisi diam-diam.
Jika tidak ingat, bahwasanya ada Ia yang lebih menyayangimu disana.
Apa kabar dirimu disana?
Keadanku disini baik
Cukup baik untuk terlihat bahagia.
Bahagia di depan adik-adik.
Di depan semua orang.
Cukup baik untuk bisa kembali berdiri.
dan mencoba untuk berlari.
Yah,
Mereka hanya tahu kalau kini aku bisa berlari.
Tidak sadar bahwa aku pernah berdarah-darah
Hanya untuk dapat berdiri tegak dengan kedua kaki.
Tapi tidak masalah,
Aku tetap baik-baik saja.
Namun satu hal yang pasti,
Aku masih merindukanmu.



Siang ini kembali kudengar curhatan dari salah satu temanku.
Biasanya tak ada hal spesial yang kudapat dari segala keluh kesahnya
Kerapkali mengeluh tentang tugas paper, dosen, dan segala rupa bentuknya
Namun entah karena rasa ingin menghargai,
atau memang sejak awal aku memang terlahir dengan jiwa pendengar setia
Tak urung kudengar jua rentetan kata-kata yang diucapnya.
Mengalir.. Terus dan terus.
Tentang ukt, kosan baru, asisten dosen yang dikaguminya, dan..
tentang mamanya.



Seseorang ini mengeluh padaku soal mamanya yang cerewet.
Banyak aturan, sering melarang dia melakukan banyak hal. beginilah, begitulah..
Dan saat itu juga aku terdiam. Tidak terpikir satupun kata yang tepat untuk merespon.
Entah bagaimana cara mendeskripsikan perasaanku yang berkecamuk saat itu.
Andaikan dia tahu betapa aku merindukan segala macam hal yang dilakukan
ibunya itu untuknya. Untuk kebaikan dirinya.



At least you still have a mom, who truly loves you. dear temanku sayang.



Yah, bukan salahnya juga sih.
Banyak hal yang kurasa tidak akan bisa dimengerti olehnya.
She doesn't even know how is the feel to be an orphan.
Bagaimana rasanya remuk redam di dalam,
Namun tetap harus terlihat bahagia demi banyak orang.
Bagaimana irinya melihat teman-teman,
yang setiap weekend selalu antusias untuk pulang ke kampung halaman.
Dan sukarnya menerima kenyataan bahwa belum tentu
ada yang menungguku pulang.





Mah,
Salahkah aku jika memendam rasa iri di lubuk hati terdalam?
Jahatkah jika diam-diam ingin kuteriakkan kalau aku membenci keluh kesahnya?

Rabu, 25 Mei 2016

Sampai jumpa di satu hari yang baru

Pagi. 
Hari yang baru lagi. 
Doa yang memiliki makna yang hampir sama setiap harinya. 
Semoga hari ini dapat dilewati penuh rasa syukur. 


Siang. 
Matahari entah mengapa tak kunjung jenuh untuk memancar dengan garangnya. 
Keringat menggantung di pelipis setiap orang. Berkilau, terpendar sinar matahari. 


Senja. Waktu singkat yang meluruhkan lelah setelah seharian bekerja. 
Meninggalkan kenangan untuk diingat ketika malam. 
Senja yang jingga. Senja yang berwibawa. 


Malam. 
Lelah. 
Hanya bisa memandang langit dari balik jendela. 
Membuat gambar dari titik-titik bintang. Kemudian berdoa. Semoga esok akan ada hal menyenangkan yang terjadi. Kemudian terlelap berselimut gelap. 



Bukankah kau mentari terbit, dan aku bulan terlanjur sabit?
Mari berjumpa di ujung langit.

Kamis, 12 Mei 2016

Karena.....

Alasan bahagia saya cukup sederhana.

...
..
.

Melihat orang-orang terdekat saya tersenyum

Tenggelam menikmati novel, teater, film dan sajak

Menghabiskan waktu di toko buku.

Mengumpulkan notes dan stiker

Bertualang ke tempat baru

Berjumpa sahabat lama

Berbalas puisi

Mencandu rinai hujan dan malam penuh bintang

Mengoleksi deretan buku sajak

Mengejar terbit matahari dan mengantarkannya tenggelam di peraduan

Menonton pertandingan Real Madrid (apalagi kalau menang)

₪ Santiago Bernabeu

Menyesap teh dan ice chocolate dingin

Pantai

Mendengarkan lagu lawas kesayangan

Pulang ke kampung halaman

Mencintai kamu.

Kamu



Banyak hal  yang terlalu biasa untuk dilakukan. Namun, hal yang biasa tidak menutup kemungkinan untuk bisa jadi spesial bukan? Karena yang kini rasanya spesialpun awalnya dari perasaan yang biasa-biasa saja *apaan sih