Senin, 21 Juni 2010

Senandung seorang Ayah


Dikutip dari syair Umar Baha' Alumairi saat 8 anaknya melakukan perjalanan dari Almushif ke Halab
Di mana kegaduhan dan kebisingan syahdu
Di mana belajar yang selalu diselingi senda gurau
Di mana masa kanak-kanak yg semarak
Di mana boneka dan buah2an berserakan di lantai

Di mana rengekan tanpa tujuan
Di mana pengaduan tanpa sebab
Di mana tangis dan tawa, duka dan ceria
yang timbul secara bersamaan

Di mana perebutan untuk duduk di sampingku
ketika mereka akan makan dan minum
Mereka saling berdesakan untuk duduk di sisiku
dan dekat denganku di mana saja mereka bergerak
Dengan dorongan fitrah
Mereka menghadap denganku
pada saat mereka takut dan senang

Ketika mereka senang, senandung mereka adalah "ayah"
Ketika mereka marah, ancaman mereka adalah "ayah"
Ketika mereka jauh, bisikan mereka adalah "ayah"
Ketika mereka dekat, ratapan mereka adalah "ayah"

Kemarin mereka memenuhi rumahku
Sayang, mereka telah pergi
Seakan kesunyian
menimpakan beban yang berat ke dalam rumah ini
rumah ini, ketika mereka pergi
Sunyi, ibaratnya orang sakit
Seisi rumah diselimuti kesedihan dan kedalahan
Mereka telah pergi,
Ya, mereka telah pergi

Namun tempat tinggal mereka adalah hatiku
Mereka tidak jauh, tidak pula dekat
Kemana saja jiwaku berpaling
aku selalu melihat mereka
kadang mereka diam
kadang mereka lompat di dalam benakku

Di dalam rumah yang tak pernah lelah ini
masih kurasakan senda gurau mereka
masih kulihat pancaran sinar mata mereka
ketika mereka berhasil
masih kulihat linangan air mata mereka
ketika mereka gagal

Di setiap sudut rumah
mereka tinggalkan suatu kesan
di setiap pojok rumah
mereka tinggalan kegaduhan

aku melihat mereka
pada kaca2 jendela yang mereka pecahkan
pada dinding2 yang mereka lubangi
pada pegangan pintu yang mereka patahkan
pada daun pintu yang mereka gambari
pada piring2 sisa makan mereka
pada bungkus permen yang mereka lemparkan
pada belahan apel yang mereka sisakan
pada lebihan air yang mereka tumpahkan

Ke mana saja mataku memandang
aku selalu melihat mereka
bagaikan sekumpulan burung dara yg terbang melayang
kemarin mereka singgah di kornail
sekarang mereka berada di Halab

Air mataku yg kutahan dg tabah
ketika mereka bertangisan saat mrk pergi
Hingga ketika mereka bertolak
mereka telah merenggut jantung dr rongga dadaku
kudapatkan diriku bagaikan seorang bocah
yang penuh dg perasaan
air mataku jatuh tertumpah bagaikan air bah

kaum wanita akan merasa heran
bila melihat seorang lelaki menangis
namun akan lebih heran bila aku tak menangis
tak selamanya tangis itu cengeng
aku seorang ayah
aku punya keteguhan sebagai kaum lelaki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar