Selasa, 22 April 2014

A Journal to Remember : Pada Suatu Sore




Ada yang berbeda pada sore itu.
Tidak, tak ada yang berubah dari warna pada langit di atas sana.
Senja tetap tampak kemerahan. Membirukan senja yang selalu merah adalah hal paling mustahil yang pernah ada.


Ini bukan tentang warna senja. Cerita ini berkisah tentang pertemuanku dengan orang-orang istimewa di sebuah tempat bernama Rumah Cahaya. Istimewa? ya, aku juga awalnya tidak menyangka kalau mereka akan menjadi orang-orang yang akan menambah daftar di list sosok istimewa dalam kehidupanku.



Kau, yang membuatku harus bertemu dengan mereka dan menjerumuskanku sehingga jatuh hati untuk yang kedua kalinya padamu.



Dari sejak berbalut seragam putih biru, banyak organisasi yang (iseng) kumasuki dan saat bergabung di berbagai organisasi itu, tak ada hal yang benar-benar meninggalkan 'bekas' berarti di hatiku.


Tidak, sampai aku akhirnya menemukanmu diantara puluhan recent updates contact bbmku.
Kau mengusik satu bagian dihatiku untuk mencoba mengenalimu lebih dalam.



Itu bukan kali pertama aku mendengar namamu. Aku mengenalmu sejak sembilan tahun lalu, sesaat setelah kotaku di porak porandakan gelombang menyeramkan bernama tsunami. Kau hadir di dalam kotak-kotak bantuan berisi buku-buku bacaan. menjadi salah satu hiburanku melewati hari-hari pasca musibah yang menimpa kota kesayanganku itu.



dan saat itu, kali pertamaku jatuh cinta kepadamu.


Tapi kau, seperti bintang yang bersinar di langit nun jauh sana. terlihat mempesona, indah, tapi sangat sulit untuk diraih. Tidak, tanpa harus takut terjatuh dan menyakiti diriku sendiri. saat itu kuputuskan untuk mulai mencitaimu dalam diam. tujuh tahun kulalui dengan hanya menjadi seorang "secret admire" yang selalu memperhatikanmu dari kejauhan.



aku tetap mengagumimu, menikmati tiap karya yang engkau buahkan, dan tetap tak berani mendekatimu.



Dan dua tahun lalu aku mulai muak dengan segala hal ini dan dengan nekad kuputuskan untuk mendekat ke arahmu, apapun resikonya/? . Tapi, dua tahun lalu... hal itu harus kuurungkan. Berhubung aku lebih memilih fokus untuk bertarung memperjuangkan masa depanku agar dapat berseragam putih abu. Baiklah, kali ini ku ikhlaskan untuk melepaskan kesempatan berkenalan denganmu. 


Setahun lalu, kembali aku mendapatkan kesempatan untuk bisa berkenalan denganmu. Dengan penuh harap, ku download formulir keramat itu, dan mengisinya dengan bersemangat. Hanya beberapa langkah lagi hingga kau bisa menjadi bagian dari hari-hariku.


Dan lagi-lagi... aku mau tak mau harus mengaplikasikan pelajaran ikhlas ke dalam kehidupanku. Kesibukan awal memasuki periode putih abu membuatku lupa mengirimkan formulir keramat itu. Dan aku dengan setengah hari harus kembali mengucapkan kata "selamat tinggal, sampai jumpa lagi suatu hari" pada file formulirmu yang masih bertengger indah di document laptopku.


Dan sore itu, bagaikan mimpi. akhirnya aku berhasil menjadi bagian dari dirimu. Bertemu orang-orang luar biasa yang berada di balik layar kesuksesanmu selama ini. Sosok-sosok inspiratif yang patut diacungi semua jempol yang ada di penjuru kotaku.


Sore itu, kau memperkenalkanku dengan sebuah tempat yang mungkin untuk kedepannya akan kuanggap sebagai rumah kedua bagiku. Tempatku berlabuh mengarungi samudera kepenulisan. Dan sore itu, kau juga membuatku bertemu dengan wajah-wajah asing, yang kini telah menjelma menjadi keluargaku.


Perjalanan bersama mereka sore itu, menorehkan satu lagi, momen paling berharga yang mungkin tak akan bisa dihapuskan dengan penghapus sehebat apapun dari memoriku. Mereka, orang-orang yang membuatku jatuh cinta untuk kedua kalinya padamu.





Terima kasih untuk segalanya, Forum Lingkar Pena.





4 komentar: