Rabu, 11 November 2015

Selepas Hujan





Titik-tik hujan menderas jatuh, sore itu.
Menerobos sela-sela dedaunan.
Mengisi celah di antara bebatuan.
Berlomba menuruni licinnya permukaan kaca.
Jatuh, dengan indah. Teratur.



Dan, lihatlah. Lihat pantulan di kaca itu.
Tampakkah engkau, sosok gadis itu?
Ya, gadis yang menyedihkan itu.



Apa yang dipikirkannya?



Sepertinya ia rindu akan sesuatu yang telah hilang.
Matanya terpaku pada rinai hujan di luar sana,
Namun hati dan pikirannya melayang nun jauh entah dimana.



Satu bagian dari hatinya tertuju ke kampung halaman,
Jauh di ujung pulau Sumatera.
Bagian lainnya terperosok di penjuru pulau Jawa,
Terperangkap ruang rindu akan sosok yang telah menjadi
Bagian paling penting di hidupnya sejak lama.



Apalagi yang tengah dipikirkannya?



Hmm. Entahlah, aku kurang tahu.
Jeritan di hatinya kalah teredam oleh derasnya rintik hujan.
Aku kesulitan untuk mendengarnya.
Yang kutahu, raut wajahnya mengukir kesedihan.
Dalam dan berkepanjangan.



Selepas hujan mereda sore itu
Gadis itu mencoba kembali keluar dari pantulan kaca
Menjauh, kemudian menapaki 
genangan doa yang ia panjatkan diam diam. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar